[sumber] |
Budaya
merupakan segala sesuatu cipta, karya, dan karsa manusia yang didapatkan dari
belajar. Proses belajar tidak hanya berhenti pada proses imitasi belaka, tetapi
ada modifikasi, inovasi, dan
lain-lain. Jika sesuatu cipta, karya,
dan karsa tidak didapat dari proses belajar dan hanya bersifat reaktif saja
maka tidak disebut budaya, misalnya hasrat manusia untuk makan, minum,
berpasangan, dan lain-lain. Hal itu hanya disebut sebagai insting manusia saja.
Pengertian budaya terkadang direduksi
menjadi tari-tarian, senjata tradisional, makanan khas daerah, upacara adat,
dan lainnya sehingga terdapat
penyempitan makna. Padahal hal tersebut hanya sebagian dari kebudayaan. Lebih
luasnya lagi kebudayaan meliputi segala yang berkaitan dengan ide, artefak, dan
aktivitas. Jadi segala ide, artefak, dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia dan
diperoleh dari proses belajar dinamakan kebudayaan.
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang dimulai dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri dari
berbagai macam-macam ras, suku bangsa, bahasa daerah, agama, dan kepercayaan
yang beragam. Masing-masing daerah mempunyai keunikan tersendiri, misalnya di
Pulau Sumatra terdapat tarian khas yang berbeda dari daerah lain, karena
pengaruh kultur, geografi dan interaksi sosial. Pulau jawa dikenal dengan nilai
kesopanan, atau unggah-ungguh yang
memang dipegang erat. Hal ini juga berpengaruh terhadap hasil kebudayaan
seperti tarian yang memang bernuansa lembut. Pulau Kalimantan juga
menawarkan hasil kebudayaan yang tidak kalah pentingnya, misalnya suku Dayak dengan pakaian
adat dan sistem berburu yang ia miliki. Pulau Papua dengan penduduk berkulit
hitam yang menempati di sana
menjadi daya tarik tersendiri akan keeksotikan budaya Papua. Begitu pula dengan pulau Indonesia lainnya
yang begitu banyak keragaman budaya.
Seperti
yang telah disebutkan di
atas,
bahwa setiap tempat memunyai keunikan dan daya tawar tersendiri. Masing-masing
daerah mempunyai nilai-nilai yang memang dijunjung tinggi dalam kelompoknya. Daerah
satu dengan daerah yang lain tidak bisa dipaksa dengan menerapkan nilai partikular
yang berada di tempat lain, tetapi bisa disiasati agar mengaplikasikan nilai
yang universal, seperti kejujuran, tanggung jawab, simpati,
toleransi dan lain-lain. Jadi setiap daerah tersebut mempunyai kearifan lokal
atau Local Wisdom yang perlu untuk dikembangkan
oleh penduduk masing-masing daerah agar menjadi sesuatu yang bernilai.
Macam-macam
budaya yang ada di Indonesia juga dapat dielaborasi agar menjadi nilai yang ideal.
Misalkan kebudayaan yang multi tersebut digabung dan diambil nilai baiknya. Contoh,
kebudayaan Jawa digabung dengan kebudayaan Bugis, hasil kebudayaan yang nanti
akan menjadi nilai yang baru, seperti halnya kita bisa mengambil spirit orang Bugis
yang berpendirian teguh, kerja keras, dan lain-lain, serta kita mengambil
kebudayaan Jawa yang andap asor. Sehingga
jika dielaborasikan kita menjadi manusia yang berpendirian teguh, kerja keras
dan pantang menyerah, tetapi kita juga mempunyai sikap yang santun, mengasihi
terhadap sesama. Hal seperti itu yang memang nantinya akan menjadi sebuah
keniscayaan bangsa Indonesia.
Seiring
dengan berjalannya waktu, kebudayaan Indonesia mengalami permasalahan serius.
Anak muda jarang sekali untuk belajar kebudayaan bangsa, berkembangnya
teknologi yang tidak diimbangi akan rasa cinta terhadap budaya sendiri,
masuknya budaya westernisasi dan
globalisasi yang merusak kepribadian
bangsa, dan lain-lain. Anak muda menganggap jika ia belajar budaya sendiri
menjadi suatu yang ketinggalan zaman dan tidak ideal. Kurangnya kepercayaan
diri menjadi suatu permasalan tersendiri. Generasi muda merasa malu jika
menggunakan produk dalam negeri, dan sebaliknya mereka merasa banggga jika
mereka menggunakan produk impor.
Berkembangnya
teknologi komunikasi juga ikut andil terhadap dekadensi budaya Indonesia.
Banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menggunakan teknologi komunikasi ini
menyebabkan mereka menjadi individualistik dan jarang berinteraksi langsung
dengan orang lain. Sehingga rasa kekeluargaan sedikit menurun pada generasi
muda. Selain itu sifat egois juga timbul dalam perkembangan anak muda kita,
misalnya tawuran antar pelajar, kekerasan, dan lain-lain. Kekerasan tersebut
bisa dipicu oleh tayangan di televisi yang menggambarkan kekerasan sehingga
banyak anak-anak yang mengidentifikasikan dirinya seperti apa yang ia tonton.
Perkembangan
teknologi komunikasi juga berakibat tidak mengenalnya anak-anak Indonesia
terhadap kebudayaan sendiri karena media jarang mengekpose kebudayaan lokal,
tetapi sebaliknya sering menampilkan kebudayaan asing. Hal ini akan berakibat
fatal, anak-anak tidak tahu akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia sehingga
mereka akan lebih senang dengan kebudayaan asing.
Berkembangnya
budaya westernisasi juga menjadi permasalahan. Banyak masyarakat Indonesia yang
berlebihan meniru kebudayaan barat tanpa diikuti kecintaan yang lebih terhadap
kebudayaan sendiri. Mereka suka berpenampilan ala barat dibandingkan dengan
berpenampilan kebudayaan khas daerah. Contoh dari permasalahan ini adalah
banyaknya masyarakat yang sudah meninggalkan pakaian adat, seperti kebaya, dan
pakaian tradisional lainnya. Mereka lebih suka dengan fashion yang ditawarkan
oleh barat. Selain itu makanan tradisional sudah mulai ditinggalkan, seperti
cendol, gudeg, dan lain-lain. Bahkan yang terjadi sebaliknya yaitu berkembangnya
makanan cepat saji. Hal ini akan merusak tatanan sosial bangsa Indonesia karena
masyarakat harus dipaksa untuk mengikuti gaya kehidupan barat yang memang tidak
cocok dengan kepribadian bangsa.
Selain
itu dalam berperilaku masyarakat Indonesia sudah banyak meninggalkan kearifan
lokal masing-masing daerah. Gaya hidup barat sudah terlampau jauh diadopsi,
sehingga menimbulkan shoc culture,
misalnya budaya kumpul kebo atau pasangan yang belum diikat oleh tali
perkawinan, dalam sistem ini orang bisa hidup serumah layaknya pasangan orang
yang sudah menikah. Hal seperti ini tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia. Bila hal ini dibiarkan akan berakibat
kekacauan sosial, karena selain melanggar norma sosial juga melanggar norma
agama.
Lagu
daerah juga banyak ditinggalkan oleh generasi muda, mereka lebih senang dengan
aliran lagu yang berasal dari barat. Padahal tidak semua aliran musik dari
barat itu sesuai dengan kepribadian bangsa. Jika kita bandingkan, lagu daerah merupakan
lagu yang memang sesuai dengan kebudayaan dan kebiasaan masing-masing daerah.
Karena dalam penciptaan lagu masing-masing daerah tersebut dilandasi filosofi
yang kuat. Misalnya lagu daerah yang menyampaikan nilai kerjasama,
tolong-menolong, kerja keras, cinta, dan lain-lain. Jadi lagu daerah tersebut
mempunyai nilai khas yang tidak sama dengan yang lain. Berbeda halnya dengan
lagu modern yang hanya berdasarkan landasan pragmatis, sehingga ada disorientasi
nilai yang akan disampaikan.
Arus
globalisasi juga menyumbang dekadensi kebudayaan. Budaya asing yang tidak
terfilter dengan baik akan mengakibatkan bangsa Indonesia yang tercerabut dari
akarnya. Apalagi dalam tahun 2015 akan diadakan perdagangan bebas kumunitas
ASEAN. Negara anggota ASEAN akan bersaing dalam perdagangan, sehingga
dimungkinkan kebudayaan asing lebih intens untuk masuk ke negara kita. Hal
tersebut menjadi suatu dilema bagi bangsa, disatu sisi negara kita harus
membuka diri untuk International disisi lain kita harus mempertahankan
eksistensi negara kita. Pro dan kontra terhadap kebijakan ini menjadi sesuatu
yang menarik. paling penting dalam situasi ini masyarakat harus bisa
mempertahankan kebudayannya.
Selain
permasalahan yang dipaparkan diatas, ada sesuatu yang menurut hemat penulis
menjadi suatu yang urgen yaitu tentang mentalitas. Suatu bangsa yang besar
adalah bangsa yang mempunyai mentalitas mumpuni. Karena mentalitas akan
berpengaruh pada pola pikir masyarakatnya, misalnya masyarakat akan
mengidentifikasikan diri mereka seperti apa ia fikirkan. Sehingga setiap
perilaku masyarakat tersebut mencerminkan apa yang ia fikirkan. Jika seseorang mempunyai
metalitas yang rendah maka ia akan berperilaku rendah, begitu juga sebaliknya
jika seseorang mempunyai mentalitas yang besar ia akan melakukan sesuatu yang
besar.
Urgennya
mentalitas bangsa ini juga berpengaruh terhadap kepercayaan diri untuk menggunakan
kebudayaan sendiri. Karena jika tidak disertai mentalitas yang besar maka
bangsa indonesia akan minder dengan
kebudayaanya. Dan akan lebih bangga bila menggunakan kebudayaan bangsa lain. Mentalitas
juga berfungsi untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang nantinya
membentuk karakter yang bermartabat dan kebudayaan yang tidak diremehkan oleh
bangsa lain. Mentalitas yang baik juga akan membentuk masyarakat yang tidak
rendah diri, sehingga masyarakat bisa mengekplore kebudayaannya.
Keseluruhan
masalah yang dipaparkan diatas akan berakibat tercerabutnya kebudayaan Indonesia, sehingga
masyarakat Indonesia bisa kehilangan jati diri. Akibatnya banyak masyarakat
yang mengadopsi kebudayaan asing. Dan terjadi distorsi anggapan bahwa
kebudayaan asing merupakan sesuatu yang superior dan kebudayaan bangsa sendiri
dianggap menjadi sesuatu yang inferior. Pada akhirnya kebudayaan Indonesia akan
hilang dari peradaban, atau akan di akui oleh bangsa asing karena bangsa
sendiri sudah tidak mempelajari lagi.
Untuk
mengatasi permasalahan diatas, masyarakat Indonesia harus sadar dan mempunyai
rasa memiliki terhadap kebudayaan bangsa. Porsi penayangan televisi harus lebih
banyak mengekpose budaya lokal dari pada kebudayaan asing. Selain itu
masyarakat harus membentengi diri dengan cara memfilter kebudayaan asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat. Hal ini bisa tercapai dengan penanaman
menset masyarakat tentang pentingnya mengembangkan kebudayaan sendiri. Selain
itu masyarakat Indonesia harus mewariskan terhadap generasi muda agar bisa
mempelajari, sehingga generasi muda bisa melanjutkan warisan budaya. Hal ini
bisa direalisasikan dengan memperbanyak sanggar kebudayaan. Selain itu generasi
muda harus diberi penyadaran yang komprehensif agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan bangsa lain. Pentingnya
membangun mentalitas bangsa agar tidak merasa rendah terhadap kebudyaan lain,
sehingga masyarakat indonesia bangga dengan kebudayaannya sendiri. Pada intinya generasi muda harus bisa menjadi agen
untuk mempertahankan kebudayaan bangsa agar tidak tergerus oleh zaman.
Secara
keseluruhan dalam era global ini kita harus bisa membentengi diri agar tidak
banyak terpengaruh oleh kebudayaan asing. Kita harus mengembangkan kebudayaan
sendiri agar bisa bersaing dengan kebudayaan asing. Masyarakat Indonesia bisa
menerapkan local wisdom pada
masing-masing daerah, sehingga mereka bisa mandiri. Walaupun demikian bukan berarti semua
kebudayaan asing tidak baik dan rancu dengan kebudayaan bangsa, memang ada
sebagian kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sehingga
perlu adanya filter untuk memilah mana kebudayaan yang baik dan kebudayaan yang
tidak baik.
Mempertahankan suatu
tradisi lama yang bijak dan menerapkan sesuatu kebiasaan baru yang baik
merupakan hal yang diharapkan oleh segenap bangsa Indonesia. Dengan adanya
konsep ini maka akan terjadi sinkronisasi antar budaya, sehingga jika ada
sesuatu tidak saling menyalahkan antara kebudayaan baru dan kebudayaan lama. Pada
akhirnya akan menemukan kebudayaan yang ideal bagi bangsa Indonesia dan
kebudayaan tersebut bisa menjadi pendorong sebagai terciptanya bangsa yang
bermartabat. []
0 komentar:
Post a Comment