Showing posts with label buku. Show all posts
Showing posts with label buku. Show all posts

Wednesday, October 8, 2014

I Am Malala, Inspirasi Dari Medan Perang

[sumber]
Oleh: Irham Thoriq

[Judul: I Am Malala | Penerbit: Mizan Pustaka | Cetakan 1: Mei 2014 | Penulis: Malala Yousafzai dan Christina Lamb | Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno |Tebal Buku: 366 Halaman]


Dari berbagai foto yang tersebar di berbagai media sosial, kisah memilukan itu datang. Beberapa bulan lalu, ketika Israel kembali menyerang Palestina, foto-foto anak-anak tidak berdosa ini cukup menyesakan dada. Ada seorang anak yang menangis di depan jenazah sang ibu, anak yang air matanya jatuh di tengah reruntuhan bangunan, para lelaki yang berlari membawa jenazah anaknya, sampai anak-anak yang sedang bermain dan bergelantungan di tank-tank perang. 

Dari anak-anak yang muncul di dalam foto itulah kita menjadi prihatin, apalagi ada ratusan anak yang tewas terbunuh. Sama dengan Malala Yousafzai, mereka adalah anak tidak berdosa yang menjadi korban konflik dan peperangan. Anak-anak selalu menjadi korban dalam setiap kebengisan mengatasnamakan membela tanah air, agama, atau apapun itu.

Tapi, dalam kasus ini, Malala lebih beruntung dari anak-anak Palestina. Malala masih bisa hidup meskipun ditembak dua kali oleh tentara taliban pakistan. Belakangan, Malala juga menjadi hero dengan menjadi kandidat peraih nobel perdamaian di umurnya yang masih 14 tahun, kandidat paling belia dalam sejarah.

Buku I Am Malala menceritakan lika-liku perjalanan aktivis pendidikan dari Pakistan ini. Semua cerita bermula ketika Malala dengan keras menyuarakan pendidikan yang sama bagi anak perempuan di Pakistan. Malala berjuang karena, di Pakistan, larangan sekolah bagi perempuan begitu kencang dilakukan oleh militan Taliban.

Awal kisah memilukan itu terjadi pada 9 Oktober 2012. Ketika itu, Malala sedang menaiki truk terbuka setelah pulang sekolah. Tiba-tiba, dua tentara militan taliban menaiki truk  yang ditumpangi Malala. Para tentara bertopeng itu berteriak mencari Malala. Yang Mana Malala?!” tulis Malala dalam bukunya.

Malala ketika itu tidak sempat melawan dan tidak bisa menjelaskan. Setelah menemukan Malala, seorang tentara dua kali melepaskan tembakan kepada Malala. Satu di kepala, satu di lehernya. Ajaibnya, Malala yang sempat kritis akhirnya bisa bertahan hidup.

Peristiwa singkat inilah yang menjadi pangkal kisah dari buku setebal 366 halaman ini. Buku ini menjelaskan saat Malala dari kecil sampai Malala sadar dari komanya selama beberapa hari. Sejak setelah kejadian itu, sampai saat ini Malala berada di Birmingham, Inggris, dan melanjutkan sekolah di sana.

Meskipun buku ini baru terbit di Indonesia setelah dua tahun kejadian itu terjadi, namun buku tersebut masih layak dibaca, terutama bagi para pejuang pendidikan. Buku ini sangat menginspirasi karena Malala dan Cristiana Lamb, jurnalis kawakan yang juga menjadi penulis dalam buku ini, berhasil menyajikan cerita yang amat runtut.

Dalam buku ini dijelaskan sejak Malala lahir dan bagaimana keluarganya memperjuangkan pendidikan. Malala sendiri bersekolah di sekolah yang didirikan ayahnya bernama Ziauddin. Setiap hari bersekolah, orang-orang di sekitar Malala masih menganggap bersekolahnya Malala yang perempuan sebagai sebuah keanehan. 

Meskipun alur ceritanya begitu runtut, di bagian lain buku ini sedikit betele-tele. Ini setidaknya tergambar di sejumlah bagian yang menyisipkan cerita-cerita tidak penting seperti arti nama Malala, sampai menjelaskan sejumlah kebudayaan desa yang tidak ada kaitannya dengan perjuangan Malala.
Kejenuhan pembaca karena tebalnya buku sedikit terhibur dengan foto-foto aktivitas Malala yang diselipkan di tengah-tengah buku. Foto-foto ini juga menjadi penguat kalau Malala sudah diakui oleh dunia Internasional. Ada foto saat Malala bersama Sekjen PBB Ban Ki-Moon, saat Malala sedang berpidato di PBB, dan foto saat Malala sedang berdoa di Madinah dengan ibunya. Kelebihan lain buku ini, meskipun terjemahan tapi bahasanya tetap lugas.

Dalam hal kepenulisan, buku ini juga tidak dijelaskan peran Malala dalam penulisan buku. Apakah buku ini sebagian ditulis sendiri oleh malala atau Malala hanya bercerita lalu dituliskan oleh jurnalis Christina Lamb? Pertanyaan ini tidak terjawab dalam buku tersebut.

Tidak hanya itu, Buku ini juga sebatas menjelaskan setelah Malala setelah siuman di Brigmigham. Buku ini terasa kurang lengkap karena setelah itu, Malala menjadi kandidat peraih nobel termuda, meskipun pada akhirnya Malala gagal mendapatkannya. Mungkin, buku ini digarap sebelum wacana kandidat diraihnya nobel itu muncul.  

Terlepas dari semua itu, buku ini layak menjadi refrensi bagi para penggiat pendidikan dan juga bagi anak-anak perempuan. Jika melihat kisah Malala, sudah tidak saatnya memperdebatkan apakah perempuan sebaiknya berpendidikan tinggi atau rendah.  

Pendidikan, sebagaimana kata Malala dalam bukunya, merupakan hak semua orang tidak mengenal jenis kelamin. Cita-cita Malala, dia ingin melihat anak-anak desa di Pakistan dan di semua belahan dunia lain bebas sekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karenanya, dalam sebuah statmennya, Malala tidak ingin dikenang sebagai anak perempuan yang ditembak oleh taliban, dia ingin dikenang sebagai anak perempuan yang berjuang untuk pendidikan.  

Dengan kuatnya karakter Malala, bisa jadi buku ini sebagai salah satu buku biografi anak perempuan termuda yang pernah terbit. kebanyakan seseorang baru layak dibiografikan ketika sudah tua atau sudah meninggal dunia. Tapi, meskipun sangat belia, cerita tentang malala sangat layak untuk dibaca. Malala memberi inspirasi, kalau harapan kadang muncul dari tempat tidak terduga, tidak terkecuali dari medan peperangan.[]

Wednesday, April 30, 2014

Alquran dan Problem Kemasyarakatan

Oleh: Imron Hakiki*




[Judul Buku: Al-Qur’an dan Isu-Isu Aktual | Pengarang: Mahasiswa IAT angkatan 2010 | Penerbit: IDEA Press | Cetakan: 2013 | Tebal: xxvi, 202 Halaman] 

Alquran merupakan kitab pegangan umat beragama Islam. Banyak bentuk dan cara dalam menggali makna Alquran dengan tujuan untuk mencari kesesuaian dengan konteks dan kultur di masing-masing masyarakat. Hal tersebut timbul sebab kepercayaan umat muslim bahwa Alquran bukan sekedar sebuah kitab suci yang sekedar harus diimani, tetapi sebagai way of life yang senantiasa hadir direlung-relung kehidupan. Fakta ini kemudian melahirkan sebuah adagium bahwa Alquran shâlih li kull zamân wa makân (hlm. 01). 

Alquran dan Isu-Isu Aktual merupakan buku kumpulan karya ilmiah tentang isu-isu yang berkembang di masyarakat, dikaitkan dengan perspektif Al-Quran, di mana ini merupakan salah satu bentuk penggalian makna dari Alquran. Bermodalkan kemampuan yang dimiliki dalam bidang Alquran dan tafsir, mahasiswa jurusan Ilmu Alquran dan tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 2010 mencoba mengangkat persoalan sosial kemasyarakatan sebagai obyek observasi. Persoalan yang dianggap kerap menggelisahkan tersebut meliputi radikalisme agama, perbedaan agama, korupsi, perbudakan, dan mode busana yang menyimpang dari norma-norma agama.

Tuesday, February 11, 2014

Tahlilan: Tradisi Berlandaskan Dalil


[Judul Buku: Tahlilan Bid'ah Hasanah Berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah | Penulis: Muhammad Ma'ruf Khozin | Penerbit: Muara Progresif & LBM NU Surabaya | CetakanI, Juli 2013 | Tebal: xviii + 190 hlm. 12 x 17.5 cm | ISBN: 978-602-17206-6-0



Peresensi: Abdul Rahman Wahid*



Tradisi tahlilan yang sudah mengakar di Indonesia merupakan sebuah tradisi yang dilestarikan oleh kalangan Nahdliyin (masyarakat  Nahdlatul Ulama) dengan isi bacaan-bacaan zikir tertentu. Dalam hal ini NU mengategorikan tahlilan sebagai bid'ah hasanah. Karena tahlilan merupakan salah satu tradisi yang subtansinya diislamisasi oleh ulama-ulama terdahulu dengan tujuan agar Islam bisa diterima di kalangan masyarakat Nusantara tanpa menghapus tradisi yang ada, karena Islam adalah agama yang menghargai tradisi.



Tahlilan dalam masyarakat NU (Nahdlatul Ulama) sering diadakan untuk selamatan 7 (tujuh) hari orang yang meninggal dunia dengan harapan agar pahalanya bisa sampai kepadanya atau dalam sebuah perkumpulan-perkumpulan pada momen-momen tertentu. Namun, dalam hal ini, banyak kalangan yang menganggap bahwa tahlilan adalah bid'ah yang sesat dan keluar dari ajaran Islam yang asli karena dianggap tidak pernah dilaksanakan pada masa Nabi. Pandangan yang seperti itu jelas adalah pandangan yang sempit dalam memahami agama.

Saturday, April 13, 2013

Manusia dalam Cengkraman Teknologi



[Judul: Dunia Pasca-Manusia; Menjelajahi Tema-Tema Kontemporer Filsafat Teknologi | Penulis: Budi Hartanto | Penerbit: Kepik, Depok | Cetakan: Pertama Februari, 2013 | Tebal: xx + 140 hlm.; 14 cm x 21 cm | ISBN: 978-602-99608-9-1]

 | Oleh: Abdul Rahman Wahid*

Teknologi dan cara berpikir, tata nilai, serta perilaku manusia saling membentuk dan saling menentukan secara timbal balik. 

Dewasa ini, ketergantungan manusia akan teknologi sangat melekat. Hampir seluruh aktivitas manusia berdampingan dengan teknologi. Teknologi telah membantu pekerjaan-pekerjaan manusia menjadi mudah. Kebutuhan-kebutahan tersaji serba instan. Meskipun telah memberi nilai positif terhadap kehidupan manusia, bukan berarti teknologi ini tidak ada nilai negatifnya bagi kehidupan. Sejak pertengahan abad ke-19 hingga kini, beberapa pemikir mulai Baudellaire, Tolstoy, Sorokin, hingga Heidegger, Adorno, dan Virilio telah membentangkan berbagai gambaran suram sains dan teknologi.

Teknologi merupakan sebentuk akumulasi pengalaman manusia dari masa ke masa; Kemampuan nalar dan imajinasi yang digunakan manusia dalam mencapai tujuan hingga terbentuknya peradaban virtual saat ini.

Sunday, March 17, 2013

Membaca Trend Konversi ke Islam Kalangan Perempuan Terdidik di Barat


Oleh: Muhammad Adib*


[Judul: Women Embracing Islam: Gender and Conversion in the West | Editor: Karin van Nieuwkerk (Ed.) | Cetakan: ke-I | Penerbit: Texas University Press | Tahun terbit: 2006]

Buku setebal 309 halaman ini merupakan symposium proceedings dari sebuah simposium bertajuk “Gender and Convertion to Islam” yang diselenggarakan oleh International Institute for Studi of Islam in the Modern World (ISIM) Leiden University Belanda pada tanggal 16-17 Mei 2003. Simposium tersebut diselenggarakan sebagai respon akademik terhadap meningkatnya jumlah warga pribumi Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa yang memeluk agama Islam, terutama pascatragedi serangan WTC 11 September 2001. Sejumlah media di Barat melaporkan bahwa jumlah warga pribumi yang memeluk agama Islam sepanjang satu tahun pascatragedi itu mencapai angka ratusan ribu. Uniknya, sebagian besar di antaranya adalah kaum perempuan dari kalangan terdidik (educated women)—dengan rasio mencapai 4:1. Beberapa di antaranya bahkan adalah nama-nama yang terkenal, seperti Lauren Booth (adik ipar Tony Blair), Kristane Backer (mantan presenter MTV di London), Sara Bokker (mantan artis, model dan instruktur fitness terkenal), dan Camilla Leyland (guru yoga terkenal di Inggris). Sisi unik inilah yang dijadikan sebagai fokus kajian dalam simposium tersebut berikut alasan penetapan “gender and convertion to Islam” sebagai tajuknya.[1]

Secara umum, buku yang memuat 12 makalah—10 di antaranya ditulis oleh penulis perempuan—ini memperbincangkan fenomena gelombang konversi agama kalangan perempuan sebagai sebuah fakta yang mengejutkan sekaligus menarik, karena kontradiktif dengan dominannya label negatif terhadap Islam di dunia Barat. Di satu sisi, masyarakat Barat cenderung melihat Islam sebagai agama teroris, kejam, anti-Barat, anti-demokrasi dan diskriminatif terhadap perempuan. Namun, di sisi lain, sejumlah besar kaum perempuan di Barat justru tertarik dengan ajaran Islam dan menjadi Muslim.

Sunday, February 17, 2013

Tafsir Fenomenologis Kritis atas Kepemimpinan Perempuan

Oleh: Muhammad Hilal*

[Judul: Tafsir Fenomenologis Kritis; Interrelasi Fungsional antara Teks dan Realitas | Penulis: M. Fauzan Zenrif | Penerbit: UIN-Maliki Press | Tahun: 2011 | ISBN: 978-602-958-406-6]

Terdapat sebuah anekdot yang punya kaitan dengan tafsir. Alkisah, ada tiga orang melihat sebuah kursi di sebuah ruangan. Penglihatan mereka ini bukanlah sekedar cerapan indera sepintas kilas, melainkan sudah diteguhkan melalui langkah-langkah dan prosedur ketat sehingga secara ilmiah layak disebut “nyata”. Pada saat yang sama, terdapat sebuah teks suci yang mengatakan bahwa benda dalam ruangan itu bukanlah sebuah kursi, melainkan sebuah lemari. Terhadap benturan teks suci dengan hasil pengamatan mereka, tiga orang itu mengambil sikap berbeda-beda. 

(1) Mencampakkan semua hasil pengamatannya dan menerima firman kitab suci secara mutlak. Ini bukan urusan remeh-temeh. Kalau sudah kitab suci yang bicara, sikap yang paling pantas diambil adalah patuh tanpa protes. 

(2) Membiarkan infromasi dari indera dan informasi yang diperoleh melalui teks suci sebagai sama-sama benar. Artinya, pengamatan ilmiah dan informasi teks suci memiliki wilayah garapan yang beda-beda. Yang satu tidak boleh mengintervensi kinerja yang lain. 

(3) Mempertahankan pengalaman inderanya dan sekaligus menerima informasi teks suci tadi secara lain, yakni tidak secara harfiah. Dengan demikian, perhatiannya kemudian mengarah pada teori-teori tafsir.

Monday, January 28, 2013

Ilusi Negara Islam

Oleh: Abdul Rahman Wahid*




[Judul Buku: Ilusi Negara Islam; Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia | Editor: KH. Abdurrahman Wahid | ISBN: 978-979-98737-7-4 | Penerbit: The WAHID Institut Seeding Plural and Peaceful Islam, MAARIF, dan gerakan bhinneka tunggal ika | Tahun Terbit : 2009]


Islam di Indonesia prosentasenya memang paling tinggi dari pada agama lain yang ada di Indonesia ini. Tetapi, bukan berarti prosentase ini menjadi bahan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, mengingat Indonesia lahir dari sebuah bangsa yang tingkat pluralitasnya sangat tinggi. Mulai dari budaya, etnis, bahasa, serta dalam hal keyakinan Indonesia dihuni oleh para pemeluk agama yang berbeda-beda. Pluralitas ini merupakan suatu kekayaan yang tak ternilai; kekayaan yang harus dipertahankan dan dilestarikan demi terciptanya keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Untuk itu, toleransi di Indonesia ini harus diperjuangkan tanpa memandang perbedaan.

Saturday, January 26, 2013

Gus Dur


Oleh: Imron Haqiqi*



[Judul: Biografi Gus Dur; The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid | Penulis: Greg Barton | Penerbit: LKiS |Cetakan: I, 2011 | Tebal: 516 | ISBN: 979-3381-25-6]

Berbicara Gus Dur, terkadang menimbulkan sedikit kecanggungan, karena memang sulit menafsirkan sosok yang satu ini. Gus Dur merupakan sosok yang penuh teka-teki, Sehingga mengakibatkan banyak kontroversi dalam kacamata masyarakat. Tidak jarang dia disalahpahami oleh banyak kalangan. 
Powered by Blogger.

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top