Showing posts with label Najmah Muniroh. Show all posts
Showing posts with label Najmah Muniroh. Show all posts

Sunday, February 7, 2016

(Masih) Tentang Galau Yang Tak Kunjung Usai


 Oleh: Najmah Muniroh

Adalah wajib bagi para enterpreneur, pedagang dan juragan untuk mengenali kondisi pasar dengan baik sebelum memasarkan produk. Dan sepertinya, para saudagar kaya raya ini sadar betul bahwa Indonesia adalah surganya para hijabers, kiblat hijab dunia. Dan dari perkawinan antara desainer dengan enterpreneur maka lahirlah berbagai macam model hijab kekinian dengan berbagai macam bentuk, kualitas dan merek. Zoya,  sebagai merek panutan hijab syar’i keren ternama di Indonesia tahu benar bagaimana memanfaatkan kenaifan masyarakat kita yang takut neraka. Hingga kerudungpun perlu sertifikat halal. Lagipula siapa juga berani main-main sama neraka hah? Saya pikir cerdas juga ini bakul hijab memanfaatkan kesempatan. Lha wong di negara gemah ripah loh jinawi ini agama bisa ‘dipasarkan’ kok. Lalu mengapa ‘pasar’ tidak bisa di-‘agama’-kan. Jadi jangan heran kalau Yang Mulia MUI unjuk gigi dengan sertifikat saktinya.

Semenjak beredar isu sertifikat halal ini, galaulah saya sebagai muslimah kekinian. Karena jika Zoya berbangga dengan label kerudung pertama yang bersertifikat halal, berarti selama ini kerudung yang saya pakai tidak halal dong. Duh, percumalah saya salat jengkulat-jengkulit, menghafalkan Alquran dan menutup aurat kalau saya menutup aurat dengan produk yang tidak halal. Tak hanya berhenti di situ, penyesalan dan kegalauan saya makin bertambah parah setelah melirik label harga di gerai resmi. Cem mana tak galau awak ni kalau untuk membeli kerudung ‘halal’ awak harus merogoh kocek dalam-dalam. Kalau biasanya dengan uang 70 ribu saya mampu membeli kerudung tujuh macam kerudung berbeda, maka kali ini saya harus puas dengan satu macam kerudung. Tidak apa-apa mahal. Yang penting ‘halal’. Hmm... baiklah, sepertinya saya harus mulai menabung dari sekarang, karena di negara ini cap halal lebih penting daripada menutup aurat. Mungkin kalau saya sudah membeli hijab bercap halal MUI dosa saya bisa diampuni Gusti Allah karena selama ini saya pakai kerudung tidak halal. Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali? Lagipula, untuk mencapai surga memang tidak murah. Memangnya surga itu kavlingan embahmu apa? Dan untuk ‘kebahagiaan abadi’ di surga, tujuh puluh ribu tidak seberapa bukan? Lagi pula sudah kewajiban saya sebagai manusia biasa yang bukan siapa-siapa, untuk taat pada Majelis Ulama Indonesia. Dengan taat, maka tunailah kewajiban saya  sebagai individu Pancasila Berketuhanan Yang Maha Esa.

Setelah kewajiban individu selesai maka ada lagi PR sebagai makhluk sosial yang menanti. Sebagai manusia yang zoonpoliticon, tentu tak elok jika saya ribut dengan kegalauan diri sendiri tapi abai dengan kegalauan manusia-manusia di sekitar saya, termasuk bakul hijab di Pasar Besar dekat tempat domisili saya sekarang. Bukan apa-apa sih ya, saya takut saja begitu kalau tiba-tiba semenjak keluar sertifikat halal ini, kemudian MUI razia pasar-pasar dan produsen kerudung seperti yang biasa dilakukan untuk produk kosmetik, makanan dan minuman. Kalau kejadian beneran, bangkrutlah bandar.

Duh, ingin rasanya saya mengadu kepada Nabi Muhammad tentang ajaibnya Indonesia Raya tempat kelahiran saya ini. Karena untuk menjadi muslimah Indonesia kekinian ternyata tantangannya berat sekali. Kok ya dari bangun tidur sampai tidur lagi rasanya perbuatan saya dosa semua. Lha wong tiap hari saya pakai produk Unilever macam Pepsodent dan saudara-saudaranya. Padahal Unilever adalah penyumbang terbesar bala tentara Israel yang kejam. Saya minum Coca-Cola, saya sering makan di McDonalds juga. For your information, biasanya saya mampir ke McDonalds bareng turis-turis yang saya pandu nge-trip mendaki gunung lewati lembah. Masak ya saya tolak traktiran turis saya, lha wong gratis, tinggal makan, dagingnya halal. Mc D pun mengantongi sertifikat halal MUI loh. Tapi ya begitu, Mc D masuk di daftar penyumbang Israel juga. Setidaknya itu yang saya baca dari groupWhatsapp. By theway, Whatssapp sudah dibeli Mark Zuckerberg orang Yahudi bos geng Facebook khan ya? Astaghfirullah, bertambahlah dosa saya karena sehari-hari memakai produk mereka. Itu baru produk yang saya konsumsi dan pakai loh, belum lagi jaminan kesehatan produk pemerintah yaitu BPJS. Nasib BPJS pun tak jelas, MUI mengharamkan kemudian menarik keputusan dan menghalalkannya kembali dengan berbagai pertimbangan. Duh, makin bingunglah saya.

Sialnya, dosa rutin saya tidak hanya itu. Saya juga demen selfie. Padahal Al-MukarromUstad Felix Siaw yang muda, keren, modern dan pengguna aktif Twitter sudah ndawuh di kultwitnya bahwa selfie itu HARAM karena berujung pada sifat takabur, riya’ dan ujub. Duh Pak Ustadz, saya belum dunung sampai sekarang karena njenengan mengharamkan selfie tapi malah jadi Juri Selfie, sudah begitu njenengan ngetwit begini “Yang masih mau ikutan SELFIE #selfieby Hijab Alia, Ahad 14/12/2014 di Gedung SMESCO, JKT, mumpung HTM masih promo”. Oh iya, waktu itu khan njenengan kerjasama dengan Hijab Alia ya. Alia loh ya... Bukan Zoya. Soalnya Zoya jauh dari haram. Khan ada sertifikat halalnya. Wahai Ustadz, kalau selfie njenengan hukumi haram maka berkabunglah perempuan kekinian, laki-laki kemayu, remaja alay dan Mahmud Abas (red: Mamah Muda Anak Baru Satu) seluruh dunia. Bagaimana tidak sedih jika hiburan kami kau putusi HARAM. Lalu bagaimana nasib Camera 360, B 12, Beauty Plus dan Instagram milik kami. Haruskah kami uninstall sekarang juga?  Ngomong-ngomong njenengan ndak kepengen ittiba’ jejak MUI yang menarik fatwa tah?

Galau saya ini bukan tidak beralasan Ustadz Felix, saya menggalau berkepanjangan begini karena saya pernah baca dawuh visioner Sayyidina Ali karromallahu wajhah yang menggambarkan keadaan zaman akhir yang begini bunyinya:

“Aku khawatir dengan suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran yang tak berbekas dalam perbuatan. Banyak orang baik tapi tak berakal, ada orang berakal tapi tak beriman. Ada lidah fasih tapi berhati lalai. Ada yang khusyu’ namun sibuk dalam kesendirian. Ada ahli ibadah namun mewarisi kesombongan iblis. Ada ahli maksiat rendah hati bagai sufi. Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat. Ada yang menangis karena kufur nikmat. Ada yang murah senyum namun hatinya mengumpat. Ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut. Ada yang berlisan bijak namun tak memberi teladan. Ada pezina yang tampil menjadi figur. Ada yang punya ilmu tapi tak paham. Ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi membodohi. Ada yang bodoh tapi tak tahu diri. Ada yang beragama tapi tak berakhlaq. Ada yang berakhlaq tapi tak bertuhan”.

Lalu di antara semua itu di manakah saya berada, Ustadz?![]

sumber gambar: gratisography.com

Monday, December 28, 2015

Antara Raisa, Elly Sugigi, Miss Universe dan Kunci Menantu Idaman




Oleh: Najmah Muniroh

Sebagai penikmat film, saya punya bakat unik, yaitu kemampuan menebak akhir cerita. Beruntungnya, tebakan saya hampir tidak pernah meleset. Banyak yang penasaran bagaimana bisa saya jadi ahli ‘terawang’ ending cerita begitu.

Let me tell you a secret, guys... Urusan menebak akhir cerita sebenarnya triknya gampang. Kalau cuma kepingin lihat di mana si cowok akan melabuhkan cintanya, pada cewek A atau cewek B, trik saya sederhana saja. Modal saya cuma membandingkan adegan. Cukup bandingkan saja adegan siapa yang paling banyak muncul dan dramatis, adegan cewek A atau adegan cewek B? Dan jika proporsi adegannya sama-sama banyak dan sama-sama romantis saya tinggal pakai trik kedua: cari yang paling cantik di antara keduanya. Kenapa? Karena cowok ganteng biasanya bersanding dengan cewek cantik. Beres. Problem is solved. Akhir cerita bisa saya tebak dengan mudah berkat kejelian melihat hubungan antara“si cantik dan si ganteng”.

Soal hukum cantik-ganteng ini kadang saya suka sebal sama film Disney. Ini film sudah banyak bikin dosa sama saya dan seluruh anak-anak di dunia. Kenapa? Ini karena Disney membuat semua penontonnya percaya bahwa bahwa “pangeran tampan hanya pantas bersanding dengan putri cantik”. Terus bagaimana nasib saya dan jutaan, atau bahkan miliaran  jomblo yang tidak cantik seperti saya, hah?! Duh, harapan mendapat jodoh pangeran tampan pun segera pupus sebelum berkembang (sambil baca kalimat terakhir, tolong bayangkan back sound lagu sedih mendayu-dayu agar terkesan dramatis ya, lagu Pupus-nya Dewa19  juga boleh).

Ah, dunia memang kejam pada para jomblo, Bung. Sialnya lagi, di dunia ini tidak semua orang dikasih anugerah kecantikan dan ketampanan.Saya juga tidak cuma sekali-dua kali mendengar komentar dari orang-orang sekitar saya yang  bunyinya gini, “Dih, cewek cantik begitu kenapa mau nikah sama cowok item yang tinggal tulang sama kentut yak?”

Ck ck ck... Orang-orang itu tidak pernah pernah mikir, apa? Bagimana kalau si cowok ternyata memang baik, setia, saleh, tidak bertingkah macam-macam, tidak suka selingkuh dan bukan pembohong (kayak kamu)? Bagaimana kalau dia orangnya dewasa, pengertian, bikin nyaman, juga rajin menabung, rajin menyapu dan rajin mengepel (ini cowok apa pembantu idaman sih)? Saya rasa ‘semua cewek setuju’ bahwa cowok baik-baik kayak begini jauh lebih menjanjikan dan bisa diandalkan di masa depan daripada cowok yang modalnya muka ganteng dan janji palsu doang (ralat: mungkin tidak semua cewek, mungkin cuma saya saja). Bagaimana? Masih menganggap penampilan luar lebih penting daripada inner beauty?

Sebentar, jangan salah paham. Saya tidak sedang ngajari kamu penampilan luar tidak penting loh ya! Tidak begitu maksud saya. Kecantikan luar dan dalam itu ‘sama-sama penting’. Kamu tidak bisa cakep saja tapi bego dan jahat. Kamu juga tidak bisa ‘baik’ saja tapi penampilannya berantakan kayak urap tumpah. For your additional information, iklan ter-seger abad ini adalah contoh “bantahan” paragraf argumentatif di atas yang bilang bahwa inner beauty itu lebih penting. Di sini kamu bakal dapat bukti kalau kecantikan luar itu tidak bisa dipandang sebelah mata.

Pernah lihat iklan permen rasa mint yang dibintangi Raisa? Itu loh, yang ada adegan dia ditanya-tanya sama calon mertuanya, “Kamu suka bola?”. Terus si Raisa jawab, “Enggak Pak. Tapi saya suka MotoGP.”Waktu Raisa omong begitu, dia sedang naik MotoGP warna biru-putih, lalu ada angin yang bikin rambut Raisa berkibar-kibar dramatis. Duh, seger banget lihatnya—saya cewek dan saya merasa seger lihatnya, bayangkan kalau yang lihat cowok, entah komentar apa yang bakal keluar. At the end of story, si Raisa tetap diterima jadi mantu karena si Raisa tetap keren walau bagaimanapun, bahkan walau dia tidak sejalan dengan calon mertuanya. Ck ck ck... Sungguh hebat pesona aura kecantikan Raisa ini.

OK, berhenti dulu melamun tentang Raisa. Sekarang coba bayangkan kalau iklan tadi diperankan oleh Elly Sugigi. Di adegan itu dia naik odong-odong terus pakai baju gembel sobek-sobek degan muka kusam sambil berpose monyong khas kaum alay, lalu dia bilang, “Enggak Pak. Tapi saya suka MotoGP.” Singkat cerita, di adegan terakhir calon mertuanya terkena serangan jantung. Elly Sugigi ditolak, hingga ia memutuskan untuk membantai seluruh keluarga calon mertuanya. Ck ck ck… Sungguh tragis. Dan saya rasa adegan thriller bukanlah ide bagus untuk iklan promosi permen mint yang –memang seharusnya– seger dan berakhir dengan indah, kan? Hmm… That’s just my simple illustration to show you the power of beauty.

Tuhan itu indah dan suka keindahan. Islam juga agama yang cinta kebersihan dan keindahan. Coba cari, deh, agama mana lagi selain Islam yang menganjurkan umatnya untuk mandi seenggaknya sekali seminggu pada hari Jumat, potong kuku, mandi besar sampai mengatur tata cara istinjak segala. Itu detail banget, loh. Sampai urusan-urusan printilan dibahas segala. Itu salah satu bukti bahwa Islam itu juga cinta kebersihan dan keindahan. Sebaliknya, tak patut rasanya kalau kita hanya fokus pada penampilan luar tapi abai dengan kecantikan hati. Tapi alangkah eloknya kalo kita menghargai dan menghormati diri sendiri dengan menjaga penampilan.

Jangan sampai ada orang yang ogah dekat sama kita karena kita bau ketek. Atau malah orang jauhin kita hanya karena kita hobi menyebarkan salam padahal jarang gosok gigi. Jangan pula ada cerita orang meremehkan kita karena pakaian kita tidak bagus. Bagus itu tidak perlu mahal atau kekinian loh ya. Yang penting rapi, tidak acak-acakan dan serasi, jadi enak dilihatn. Kan kata pepatah cinta itu turun dari mata ke hati.

Apa masih kurang banyak pesan dan tips biar diterima kerja atau diterima jadi menantu yang menyebutkan pentingnya penampilan dalam menciptakan kesan? Biar kata tidak cantik-cantik atau ganteng-ganteng amat tapi kalau rapi, bersih, wangi ditambah pintar, rajin, jujur dan bertanggung jawab, level keren kamu pasti jadi naik berkali-kali lipat. Itulah kenapa innerbeauty dan penampilan luar sama-sama penting. Tak ada yang lebih tinggi atau rendah, tak ada yang jadi prioritas dan sekadar pilihan, karena keduanya sama-sama “penting”.

Jadi, jika kalian, wahai kaum lelaki, masih menganggap bahwa intelektualitas dan kritisisme adalah pencapaian paling puncak dalam sejarah manusia, sementara keelokan fisik dan kerapian adalah sebenar-benarnya eksploitasi dalam peradaban dunia, maka kau salah besar. Masih tidak percaya? Coba ingat-ingat lagi, berapa kali kalian selamat dari omelan gebetan, pacar atau istri karena jarang mandi. Intinya, jangan (lagi) coba-coba berdalih lupa mandi karena kalian sibuk membaca buku, berdemonstrasi dan menyelamatkan dunia. Ah, kalian terlalu berfantasi. Setidaknya selamatkan dulu yang terdekat, hubungan cinta misalnya.

Sebagai penutup, ijinkan saya mengutip motto Miss Universe, yaitu Beauty, Brain, and Behaviour. Coba lafalkan 1000 kali dan hafalkan  benar-benar agar menancap kuat di otak kamu. Karena (kata ustaz saya) tiga hal tersebut adalah koentji calon mantu idaman. Soal urusan urutan Motto 3B (Beauty, Brain, Behaviour) yang diawali oleh kata beauty saya tidak mau banyak komentar. Kenapa harus beauty dahulu? Kenapa bukan brain dulu, atau behaviour dulu? Nah loh…  Jadi panjang kan urusannya?

Kalau saya bahas bisa menghabiskan berlembar-lembar kertas cuma buat bahas sisi historis, sosiologis, psikologis motto tersebut. Sekalian analisis penerjemahan teks yang mengandung ideologi. Dan juga penelusuran peran Miss Universe sebagai subjek yang aktif memiliki, merasakan dan memahami ideologi 3B tersebut. Belum lagi urusan tarikan kepentingan para elit di media. Duh, untuk pembahasan motto Miss Universe yang terdiri dari tiga kata saja kalkulasi kasar perhitungan waktu yang diperlukan sekitar 329 jam 42 menit 23 detik.

Mungkin sebaiknya kita obrolkan ini kapan-kapan sambil minum kopi di angkringan. Kan enak kalau bisa minum kopi sambil mengobrol. Jadi kita bisa sekalian dapat ilmu baru, pacar baru, pengalaman baru, dan suasana baru. Sekalian nanti kita bisa bahas lebih lanjut pentingnya keseimbangan antara innerbeauty dan penampilan sebagai modal meraih gelar menantu idaman.[] 

sumber gambar: allkpop.com

Monday, November 16, 2015

Benar atau Salah?


Oleh: Najmah Muniroh

Menurut kamu kenapa waktu sekolah bu guru sering banget ngasih soal pilihan ganda? Hayo, kenapa coba? Ternyata eh ternyata itu buat ngelatih kita biar pinter ngambil keputusan pas dewasa nanti. Karena sebelum memilih satu jawaban, kamu harus bener-bener yakin dengan sepenuh jiwa dan raga.  Ndak nyangka kan, makna soal pilihan ganda ternyata sedalam itu? Sama.Ya, meskipun saya kadang ngerjainnya asal-asalan aja sih. Asal coret yang penting beres, selesai, kumpulin, terus pulang. Menariknya, dari soal pilihan ganda jaman dahulu kala itu, saya jadi belajar bahwa memilih antara benar dan salah ternyata gak segampang ngitung kancing baju.

Ngomong-ngomong soal benar dan salah, beberapa waktu lalu saya dibikin bête sama dua orang mahasiswi di sebuah acara seminar nasional. Jadi ceritanya,di akhir sesi seminar nasional ada seorang mahasiswi dari kampus lain, sebut saja Siti mempresentasikan hasil risetnya. Risetnya itu berupa media pembelajaran yang berbentuk monopoli sebagai media edukatif untuk mencegah kekerasan seksual pada anak. Hebatnya, mahasiswi cerdas ini baru semester enam tapi udah diajakin kerja sama ama Polres untuk sosialisasi game edukatifnya ini pada masyarakat. Wuzz, sangar toh si Siti ini. Tapi apa yang terjadi?.Alih-alih dapet apresiasi dan tepukan tangan meriah,si Siti malah dapat cibiran kasar dari dua gadis rese.  Ckckckck…. Sungguh ter-la-lu.

Tidak seperti lazimnya peserta seminar yang dengerin seminar baek-baek, dua cewek nyebelin ini malah sibuk mengoreksi beberapa pronounciation bahasa Inggris yang salah dari Siti. Belum juga puas, giliran bajunya si Siti yang dikomentarin, dibilang kampunglah, ndak stylishlah, ndak kekinianlah. Duh. Saya bukannya ndak tau kalau dua gadis ini kuliah di kampus para fashionista di mana pepatah Ajining Rogo Soko Busono dijunjung tinggi. For your information, saya juga kuliah di tempat yang sama dengan dua gadis tersebut koq. Tapi saya ndak gitu-gitu amat tuh. Lagian saya rasa bukan soal selama Siti memakai pakaian yang sopan dan sesuai acara. Urusan stylish mah urutan empat puluh sembilan kalee. Selain itu, pronounciation kepleset khan hal manusiawi. Yang penting kontennya dapet, dan audience pada paham. Beres toh. Saking keselnya sama kelakuan jahiliyah mereka, saya langsung menoleh ke arah belakang sambil pasang muka serem macem manusia harimau kesurupan jin botol sambil berkata “Shut up your mouth. Respect others!

Rasa gemes saya memuncak karena ketemu dua gadis songong yang ngerasa jadi polisi benar dan salah. Ini orang maunya apa?. Dikasih ilmu baru ndak mau, dikasih saran malah nyerang yang ada di di depan. Kenapa? Karena dua gadis itu kuliah di tempat lebih bonafit lantas mereka berhak mencibir Siti? Iya? Gitu?! Atau karena pronounciation mereka berdua lebih bagus lantas mendengarkan pelajaran dari Siti yang level bahasa Inggris-nya di bawah mereka adalah buang-buang waktu?.Aishh, sungguh pemikiran yang KAM-PU-NGAN (-_-*). Eh Mbak, coba Ajining rogo soko busono diimbangi dengan pepatah lain deh. Unzhur ma qoola wala tanzhur man qoola (red:Lihat apa yang dibicarakan, jangan liat siapa yang bicara) misalnya. Lagian rempong banget dunia lu kalo mau dengerin orang musti liat posisi, baju dan akreditasi kampus si pembicara dulu. Iya khan?

As you know, fenomena tutup telinga pada kebenaran yang berasal dari orang lain hanya karena orang lain itu posisinya lebih rendah mah udah biasa di masyarakat kita, udah mendarah daging malah. Itu karena kebanyakan orang membagi dunia jadi dua bagian. Hitam dan putih, salah & benar. Kalo istilah Prof. Warsono (Rektor Unesa) ini namanya “paradigma berfikir diagonalistik”. Jadi, kalo beda pendapat, masing-masing berusaha membenarkan pendapat sendiri. Karena kalo pendapat orang lain ndak disalahin, orang-orang bakal nganggep pendapat kita salah dong. Kesimpulannya, untuk terlihat benar saya harus nyalah-nyalahin orang.  Padahal, konsep ini ndak sepenuhnya bener juga. Konsep macem ini bikin orang jadi otoriter, suka maksain pendapat, gak mau dengerin saran dan kritik dari orang lain. And we can see clearly bahwa paradigma berfikir diagonalistik ini ndak sesuai ama etika akademis yang mengajarkan bahwa tidak ada kebenaran tunggal dan mutlak di muka bumi. Ahzeg~

Lah trus solusinya gimana biar kita ndak terjebak di pemikiran sempit dan ribut mengkotak-kotakan dunia jadi hitam dan putih, salah dan benar? Lha wong nyatanya emang begitu koq. Kalo kamu ndak salah, berarti kamu berada pihak yang benar toh. Ya gampang aja brow, jangan dipikir susah. Coba aja paradigma berfikir diagonalistiknya diganti jadi pola pikir alternatif.

Sebenernya, di dalam Islam mah sebenernya kita udah dikenalin pola pikir alternatif dari ratusan tahun lalu ama Nabi. Cuma kitanya aja yang ga nyadar. Istilahnya adalah,“perbedaan itu rahmat”. Yang bermakna hormati pemikiran dan pendapat orang lain, jadikan sebagai alternatif. Dengerin saran orang lain dan jangan cuma sibuk membela diri dengan nyalahin balik yang ngasih kritik.

Yang kritik juga begitu, sampaikan dengan bahasa yang baik, yang halus.Kalo bisa sampaikan  secara personal, jadi antardua pribadi gitu. Jangan malah ngatain di belakang atau mempermalukan di depan umum. Lagian dengan ngebongkar kejelekan temen di mata orang banyak nggak bakal bikin kamu keliatan hebat koq, yang ada orang-orang malah makin ndak simpati sama kamu.I barat ngelempar kotoran pakai tangan kosong, ya tangan kamu pasti ikutan bau. Dan lagi, kalo kita bisa sharing ilmu, saling menghargai pendapat, dapet kritik yang membangun tanpa harus saling bongkar aib, jagat raya pasti bakal terasa lebih indah. Dan lagi kenapa plat mobil Malang itu N dan plat mobil Surabaya L itu aja kamu gak tahu kan? Gitu ngerasa paling tau segala. Ngerasa jadi manusia paling bener. Lah? Khan lucu.

As you see, di dunia emang ga ada kebenaran mutlak, gaess. Kenapa? Karena kebenaran mutlak HANYA milik Gusti Allah semata. Wallahu a’lam bish-showab.[]

sumber gambar: here.

Monday, August 10, 2015

Allahumma Strengthen Me Up

[photo credit: here]

Oleh: Najmah Muniroh

Semua orang punya mimpi, harapan, dan keinginan. Ada-ada aja yang dikepengen-in, ada yang pengen beli rumah, ada yang pengen nyicil motor. Ada yang pengen jadi presiden, ada yang pengen punya Lamborghini. Ada yang pengen beli Tupperware, ada yang pengen punya istri empat (nah loh...). Sifat dasar manusia kan serakah tuh, kalo dikasih gunung emas satu pasti pengen dua, dua pengen tiga, tiga pengen empat dan seterusnya, ini ada nashnya udah. Tapi ya gitu, keinginan dan harapan kadang gak sesuai kenyataan. Hidup itu gak melulu mulus kaya jalan tol, seringkali berliku dan berbatu-batu, kadang berlobang, kadang ketambahan ujan, seringnya becek, dan gak ada ojek. Makanya gak heran kalo harapan yang pupus bisa bikin cedera hati serius. Cinta yang kandas bikin orang baik-baik jadi ganas. Laba usaha turun minta tolong ama dukun. Itulah mengapa iman begitu penting, karena banyak jalan lain yang bisa ditempuh saat galau selain pergi ke dukun dan nyeruput Baygon cair. Dan doa adalah alternatif andalan sejuta umat diwaktu kena serangan galau yang berkepanjangan

Ngomong-ngomong soal doa, sejak kecil saya diajarkan agar berdoa yang baik-baik untuk semua orang walau apapun yang terjadi. Waktu kecil saya suka banget berdoa begini: “Ya Allah…. Semoga Power Rangers, Wiro Sableng, Ultraman Gaia, Sailoor Moon dan Spiderman masuk surga, Ya Allah. Please.. Mereka baik banget soalnya.” (Ok fix, kamu bener. Saya emang alay dari orok :p). Tapi terus terang, saya kasian sama mereka, mereka berbuat baik dan mengalahkan banyak musuh yang mengancam bumi tiap hari tapi gak ada yang doain mereka biar masuk sorga (prihatin). Tisu, mana tisu?!

Dan waktu pun mulai berlalu. Beranjak dewasa saya mulai pilih-pilih nama dalam berdoa,  karena berdoa yang baik-baik itu emang gampang-gampang susah. Jarang juga ada orang yang mau berdoa baik kepada orang yang sudah menyakiti, kepada mantan misalnya.. (Uppss maap sodara, saya lagi baper). Kadang emang susah ikhlas sama orang yang udah berbuat jahat sama kita. Boro-boro mau ikhlas, kita gak bales berbuat jahat aja udah bagus khan yakk? (ngangguk-ngangguk setuju).  Tapi ada quote dari Falafu (penulis favorit saya) yang jadi titik balik perubahan struktur doa saya. Begini bunyinya: Jangan karena segelintir orang ‘jahat’, kamu lantas jadi pandai ‘menjahati’”. Ah, sungguh quote yang singkat padat dan tajam dan terpercaya tapi makjleb.

Naturally, kita emang suka gemes sama orang yang jahat ama kita. Susah juga untuk ikhlas saat dijahatin orang. Apalagi kalo kamu pernah denger bahwa Allah selalu mengabulkan doa orang yang dizalimi. Lah, ini mah kesempatan emas banget buat bales dendam. *kemudian ketawa mak lampir.

Eits… tunggu dulu bro. Doa dikabulkan emang kesempatan emas. Tapi jangan dipake untuk berdoa keburukan buat orang yang udah nyakitin kita. Dengan berbuat gitu, yang ada kita malah RUGI. Lho, koq bisa rugi? Bukannya malah bagus kalo kita bisa berdoa keburukan jadi mereka dapet karmanya? No, no, no. Absolutely no. Yang ada kamu malah rugi. Kenapa kesempatan dapet doa makbul malah kamu manfaatin untuk berdoa buruk-buruk? Kenapa gak dipake buat berdoa baik-baik buat kita sendiri aja? Gini misalnya: ”Ya Allah, ini saya lagi disakitin, Ya Allah. Semoga ini bisa jadi tambahan tabungan di akhirat, semoga karena dizalimi saya jadi tambah sabar, tambah kaya, tambah cakep, tambah gaji. Semoga juga dia yang menyakiti Engkau beri hidayah agar sadar bahwa perbuatannya itu buruk. Oh iya, satu lagi Ya Allah, ini mumpung doa lagi makbul saya pengen minta jodoh saleh yang cakep sama ilmu manfaat. Aamiin, Ya Robbal Alamiin.” Nah, gitu khan lebih menguntungkan dan enak kedengerannya daripada kamu berdoa keburukan, berdoa biar dia yang menyakiti kamu tabrakan sama mobil tinja jadi badannya bau tinja seminggu penuh misalnya. Ah.. buat apa juga berdoa begitu (- - “)

Sebagai penutup, untuk menghadapi galau karena banyak ujian, musibah, atau kendala kehidupan, juga untuk menghadapi tokoh-tokoh antagonis dalam kehidupan ada baiknya kamu belajar ikhlas menerima dan memaafkan. Berikut ini beberapa tips latihan jadi orang ikhlas versi Najmah Muniroh:

1. Ingatkan diri sendiri bahwa tidak ada yang abadi kecuali Gusti Allah. Tidak ada bahagia yang abadi. Tidak ada pula kesedihan abadi. Semua punya waktunya masing-masing. Yups, badai pasti berlalu.

2.  Selalu percaya bahwa ndak ada doa-doa baik yang sia-sia. Allah Maha Tahu kapan doa harus dikabulkan dan kapan harus diganti dengan yang lebih baik. Kalau pun tidak dikabulkan di dunia pasti jadi simpenan di akhirat kelak.

That’s all I wanted to say. Stay positive and be better your self.[]
Powered by Blogger.

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top