Saturday, September 20, 2014

Penulis dan Pekerja Seni

[sumber]
Oleh: Irham Thoriq

Zaman sudah berubah. Saat ini, memamerkan tulisan kepada khalayak bukanlah perkara sulit. Cukup miliki blog pribadi, akun di media online penyedia jurnalisme publik, atau yang paling simpel di catatan media sosial. Tak perlu foto copy dan membagi-bagikannya di jalan-jalan, sebagaimana zaman internet masih jadi barang langka.

Buntutnya, aneka macam tulisan bertebaran tanpa ada seleksi. Jika kita pantengin media online penyedia jurnalisme publik, hampir setiap menit atau bahkan detik selalu muncul tulisan baru, dengan aneka macam persoalan, tanpa ada seleksi dan saringan. Entah ini berkah atau musibah dalam dunia kepenulisan kita.

Disebut berkah karena orang yang baru belajar menulis bisa memamerkan karyanya dengan mudah, cara ini bisa jadi motivasi untuk mengeluarkan tulisan selanjutnya. Celakanya, kita menjadi kesulitan menyaring mana tulisan yang layak dikonsumsi atau tidak. Kita sulit membedakan mana yang penulis benaran atau orang yang hanya iseng-iseng menulis.

Thursday, September 11, 2014

Kenangan Yang Tertinggal

[sumber]
Oleh: Muhammad Madarik

Sore cerah, angin yang bertiup sepoi-sepoi dari jendela kamar Khairul menyapu wajahnya saat ia masih tertegun dengan baju yang dikenakan. Di depan cermin, ia merasakan kesejukan yang menjalari seluruh tubuhnya setelah sebelumnya ia menyegarkan badannya di kamar mandi dengan air dingin. Sejenak, lelaki ini tertegun memandang dirinya di dalam kaca yang disediakan. Ia perhatikan wajah yang masih terlihat muda dan ganteng, meski satu persatu rambut putih mulai tumbuh di kepala yang ia mahkotakan. Kulitnya yang kuning menjadikan bias ketampanan kian bersinar. Rambutnya yang dipotong pendek semakin membuat ubannya terpinggirkan.

“Hem,” selanya sambil mengambil nafas panjang seakan pandangan mengagumi sosoknya tak terhenti. Dan, belum habis kebanggaannya atas dirinya, tiba-tiba seseorang memasuki ruang kamarnya dengan mengagetkan.

Tuesday, September 9, 2014

Untuk Munir, Setelah 10 Tahun Kematianmu

[sumber]
Oleh: Irham Thoriq

Munir, ini sebenarnya bukan surat untuk kamu, lebih tepatnya hanya catatan dari seorang yang tidak pernah mengenalmu. Saat kamu dibunuh sepuluh tahun silam, umur saya baru 14 tahun. Saya baru tahu sekelumit tentangmu saat menginjak bangku kuliah.

Itu pun bukan dari mata kuliah, tapi dari sejumlah seminar yang banyak membahas tentang kematianmu. Salah satu seminar yang saya hadiri adalah yang diadakan oleh Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya, tempat kamu berjuang dan mencari ilmu.

Monday, September 8, 2014

Ar-Râzî: Sejarah dan Filsafatnya

Oleh: Abdurrohim Said*

PENDAHULUAN

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa pahlawannya”, kiranya tidak terlalu berlebihan jika kata-kata tersebut menjadi pendahulu artikel singkat ini, guna mangungkapkan akan pentingnya sebuah generasi mengingat kembali jasa-jasa pendahulunya. Paling tidak sebagai pelajaran bagi generasi untuk mengikuti jejak langkah pendahulunya.

Mempelajari sejarah sangatlah penting, terlebih untuk menjaga dan melestarikan sejarah tersebut dan mengaktualisasikannya sebagai dasar-dasar penting. Dalam hal ini, Ibn Khaldûn dalam Muqaddimah-nya mengatakan, “Mengetahui dan mempelajari Sejarah sangatlah penting, karena hal itu dapat memperlihatkan kepada kita keadaan orang-orang terdahulu.”[1]

Sosok Ar-Râzî (864-930 M), sebagai tokoh serta ilmuwan Muslim yang pernah terlahir di dunia Islam tidak bisa dipungkiri telah menggoreskan tinta emasnya dalam sejarah Islam. Maka di sini penulis akan mengetengahkan sekilas tentang biografinya, dengan harapan semoga generasi umat Islam ini semakin tergugah dan menyadari akan pentingnya mengingat para pendahulunya, paling tidak sebagai titik awal usaha kebangkitan umat Islam pada umumnya.
Powered by Blogger.

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top