Showing posts with label Doel Rohim. Show all posts
Showing posts with label Doel Rohim. Show all posts

Thursday, April 10, 2014

Alin yang Tak Kembali

Oleh: Doel Rohim

Alin. Ketika sang surya belum beranjak dari peraduannya. Suaramu yang renyah telah menyapaku, bergetar halus di gendang telingaku sebelum mataku terbuka. Dan tanganmu yang halus membelai rambutku yang kusut. Lalu bibirmu yang hangat mengecup keningku seraya berbisik, “Mas, sudah shubuh. Mari kita salat.Aku menggeliat mesra. Kupeluk tubuhmu. Percintaan kita semalam menyisakan keringat yang berbaur dengan aroma tubuhmu semerbak menusuk ke dalam hidungku.

Dan ini adalah pagi ke 1704 saat aku bangun tidur harus kuhadapi kenyataan bahwa bukan kau Alin, yang ada di sisiku, melainkan sosok mungil yang minggu depan akan merayakan ulang tahunnya yang ke 4. Dialah Jaka, anak kita yang ke dua.

Bibir itu, Alin, ya bibir itu. Bibir itu mirip dengan bibirmu. Oh, tidak. Bukan mirip. Jaka benar-benar memiliki bibirmu.

Wednesday, June 19, 2013

Buku Kematian

Oleh: Doel Rohim

Pada suatu malam yang gaib. Pada waktu antara siang dan malam. Pada pertemuan dua lautan. Aku bertemu dengannya, Gandalf (salah satu tokoh dalam film The Lord of the Ring) . Atau lebih tepatnya seseorang yang mirip dengannya. Sama-sama tua, sama-sama berjubah, sama-sama berambut panjang dan berjenggot panjang, dan sama-sama mempunyai tongkat yang lebih panjang dari tubuhnya.

"Secara fungsional buku ini mirip dengan Death Note, bahwa nama siapapun yang ditulis pada buku ini akan mati," kata orang tua itu sambil menyerahkan sebuah buku bersampul hitam. Dengan sedikit gemetar aku menerima pemberiannya.

"Kenapa aku yang harus menerima buku ini?" Ucapku dalam hati.

"Karena kau yang terpilih." Astaga! Dia bisa mendengar suara hatiku.

Wednesday, January 2, 2013

Untukmu Yang Lalu


Oleh: Abdur Rohim*

“Apa yang tidak bisa dirubah?” Tanyaku.
“Masa lalu,” jawabmu.

Bertalu-talu genderang masa lalu menghentak-hentakkan gendang telingaku. Memerahkan mataku. Mengalirkan air mataku. Membiaskan kerinduan pada jiwaku.

Dulu, saat pertama kali aku melihatmu, kau menghunuskan senyum tepat dijantungku. Detik itu juga aku tersungkur di hadapanmu. Dari dadaku yang terkoyak oleh senyummu, meloncatlah hatiku di depanmu, di antara ke dua kakimu. Kau membungkuk, lalu kau memungutnya, membersihkan debu-debu yang mengotorinya, kemudian dengan kedua tanganmu kau menyerahkannya kembali padaku.

“Tanpa hati ini kau akan mati,” katamu kala itu.

Friday, October 19, 2012

Sunday, July 22, 2012

Awan Yang Menutupi Matahari



Oleh: Abd Rohim*

Malam itu tiba-tiba Arman terbangun dari tidurnya.

“Ya Allah, inikah petunjuk-Mu?” Ia bergumam dalam hati. Tak lama kemudian ia turun dari ranjangnya menuju kamar mandi, ia mengambil wudu untuk melaksanakan salat malam.

Tiga malam berturut-turut Arman mengalami mimpi yang aneh. Dalam mimpinya ia seolah-olah melihat matahari yang tertutupi oleh awan. “Apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu anakku?” Kata ayah Arman beberapa hari yang lalu.

“Iya, Abah. Aku yakin dia adalah bidadari yang selalu kusebut dalam do'aku”.

“Sudahkah kamu diberi petunjuk oleh-Nya, Anakku?”

“Maksud abah?”

“Ingat, Anakku, mencari jodoh jangan hanya mengandalkan cinta saja. Cinta pada makhluk itu kosong. Cinta itu sejatinya hanya milik Dia. Semua yang ada di dunia ini ujungnya adalah Dia.”
Powered by Blogger.

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top