Oleh: Najmah Muniroh
Menurut kamu kenapa waktu
sekolah bu guru sering banget ngasih soal pilihan
ganda? Hayo, kenapa coba? Ternyata eh ternyata itu buat ngelatih kita biar pinter ngambil keputusan pas dewasa
nanti. Karena sebelum memilih satu jawaban, kamu harus bener-bener yakin dengan
sepenuh jiwa dan raga. Ndak nyangka kan, makna soal pilihan ganda
ternyata sedalam itu? Sama.Ya, meskipun saya kadang ngerjainnya asal-asalan
aja sih. Asal coret yang penting beres, selesai, kumpulin, terus pulang. Menariknya,
dari soal pilihan ganda jaman dahulu kala itu, saya jadi belajar bahwa memilih
antara benar dan salah ternyata gak segampang ngitung kancing baju.
Ngomong-ngomong soal
benar dan salah, beberapa waktu lalu saya dibikin bête sama dua orang mahasiswi di sebuah acara seminar nasional. Jadi ceritanya,di akhir sesi seminar nasional ada seorang mahasiswi dari kampus lain, sebut saja Siti mempresentasikan hasil risetnya. Risetnya itu berupa media pembelajaran yang berbentuk monopoli sebagai media
edukatif untuk mencegah kekerasan seksual pada anak. Hebatnya, mahasiswi cerdas ini baru semester enam tapi udah diajakin kerja
sama ama Polres untuk sosialisasi game edukatifnya ini pada masyarakat. Wuzz, sangar toh si Siti ini. Tapi apa yang terjadi?.Alih-alih dapet apresiasi dan tepukan tangan meriah,si Siti malah dapat cibiran kasar dari dua gadis rese. Ckckckck…. Sungguh ter-la-lu.
Tidak
seperti lazimnya peserta seminar yang dengerin seminar baek-baek, dua cewek nyebelin
ini malah sibuk mengoreksi beberapa pronounciation
bahasa Inggris yang salah dari Siti. Belum juga puas, giliran bajunya si Siti
yang dikomentarin, dibilang kampunglah, ndak stylishlah, ndak kekinianlah.
Duh. Saya bukannya ndak tau kalau dua gadis ini
kuliah di kampus para fashionista di mana pepatah Ajining Rogo Soko Busono dijunjung tinggi. For your information, saya juga
kuliah di tempat yang sama dengan dua gadis tersebut koq. Tapi saya ndak
gitu-gitu amat tuh. Lagian saya rasa bukan soal selama Siti memakai pakaian
yang sopan dan sesuai acara. Urusan stylish mah urutan empat puluh
sembilan kalee. Selain itu, pronounciation kepleset khan hal manusiawi.
Yang penting kontennya dapet, dan audience pada paham. Beres toh. Saking
keselnya sama kelakuan jahiliyah mereka, saya langsung menoleh ke arah belakang
sambil pasang muka serem macem manusia harimau kesurupan jin botol sambil
berkata “Shut up your mouth. Respect others!”
Rasa
gemes saya memuncak karena ketemu dua gadis songong yang ngerasa jadi polisi
benar dan salah. Ini orang maunya apa?. Dikasih ilmu baru ndak mau, dikasih
saran malah nyerang yang ada di di depan. Kenapa? Karena dua gadis itu kuliah
di tempat lebih bonafit lantas mereka berhak mencibir Siti? Iya? Gitu?! Atau
karena pronounciation mereka berdua lebih bagus lantas mendengarkan
pelajaran dari Siti yang level bahasa Inggris-nya di bawah mereka adalah
buang-buang waktu?.Aishh, sungguh pemikiran yang KAM-PU-NGAN (-_-*). Eh Mbak, coba
Ajining rogo soko busono diimbangi dengan pepatah lain deh. Unzhur ma qoola wala tanzhur man qoola (red:Lihat
apa yang dibicarakan, jangan liat siapa yang bicara) misalnya. Lagian rempong
banget dunia lu kalo mau dengerin orang musti liat posisi, baju dan akreditasi
kampus si pembicara dulu. Iya khan?
As you
know, fenomena tutup telinga pada kebenaran yang
berasal dari orang lain hanya karena orang lain itu posisinya lebih rendah mah
udah biasa di masyarakat kita, udah mendarah daging malah. Itu karena kebanyakan
orang membagi dunia jadi dua bagian. Hitam dan putih, salah & benar. Kalo
istilah Prof. Warsono (Rektor Unesa) ini namanya “paradigma berfikir
diagonalistik”. Jadi, kalo beda pendapat, masing-masing berusaha membenarkan
pendapat sendiri. Karena kalo pendapat orang lain ndak disalahin, orang-orang
bakal nganggep pendapat kita salah dong. Kesimpulannya, untuk terlihat benar
saya harus nyalah-nyalahin orang. Padahal, konsep ini ndak sepenuhnya bener juga.
Konsep macem ini bikin orang jadi otoriter, suka maksain pendapat, gak mau
dengerin saran dan kritik dari orang lain. And we can see clearly bahwa paradigma
berfikir diagonalistik ini ndak sesuai ama etika akademis yang mengajarkan
bahwa tidak ada kebenaran tunggal dan mutlak di muka bumi. Ahzeg~
Lah trus solusinya
gimana biar kita ndak terjebak di pemikiran sempit dan ribut mengkotak-kotakan
dunia jadi hitam dan putih, salah dan benar? Lha wong nyatanya emang
begitu koq. Kalo kamu ndak salah, berarti kamu berada pihak yang benar toh. Ya
gampang aja brow, jangan dipikir susah. Coba aja paradigma berfikir diagonalistiknya
diganti jadi pola pikir alternatif.
Sebenernya, di dalam Islam mah sebenernya kita
udah dikenalin pola pikir alternatif dari ratusan tahun lalu ama
Nabi. Cuma kitanya aja yang ga nyadar. Istilahnya adalah,“perbedaan itu rahmat”. Yang bermakna hormati
pemikiran dan pendapat orang lain, jadikan sebagai alternatif. Dengerin saran
orang lain dan jangan cuma
sibuk membela diri dengan nyalahin balik yang ngasih kritik.
Yang kritik juga begitu, sampaikan dengan
bahasa yang baik, yang halus.Kalo bisa sampaikan secara personal, jadi antardua pribadi gitu. Jangan
malah ngatain di belakang atau mempermalukan di depan umum. Lagian dengan ngebongkar kejelekan temen di mata orang banyak nggak
bakal bikin kamu keliatan hebat koq, yang ada orang-orang malah makin ndak
simpati sama kamu.I barat ngelempar kotoran pakai tangan kosong, ya
tangan kamu pasti ikutan bau. Dan lagi, kalo kita bisa sharing ilmu, saling
menghargai pendapat, dapet kritik yang membangun tanpa harus saling bongkar aib,
jagat raya pasti bakal terasa lebih indah. Dan lagi kenapa plat mobil Malang itu N dan plat mobil Surabaya L itu aja kamu gak tahu kan? Gitu ngerasa paling
tau segala. Ngerasa jadi manusia paling bener. Lah? Khan lucu.
As you see, di dunia emang ga ada kebenaran
mutlak, gaess. Kenapa? Karena kebenaran mutlak
HANYA milik Gusti Allah semata. Wallahu
a’lam bish-showab.[]
sumber gambar: here.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)