Wednesday, October 30, 2013

Soekarno: Pemimpin Bersahaja dan Garang

8:12 PM



Oleh:  Abdul Rahman Wahid


Judul:
The Leadership Secrets of SOEKARNO
Penulis:
Argawi Kandito
Penerbit:
ONCOR Semesta Ilmu
Tahun:
 2012
Tebal:
x + 124 halaman
ISBN:
978-602-96828-8-5

Ir. Soekarno, yang akrab dengan sapaan Bung Karno, adalah sebuah nama yang mengingatkan kita semua akan masa-masa perjuangan Indonesia dari penjajahan bangsa-bangsa kolonial. Peran besar Bung Karno dalam kemerdekaan bangsa Indonesia tidak terhitung jumlahnya. Maka dari itu, bukan hal yang tidak mungkin jika beberapa gelar disandingkan pada beliau.


Presiden RI (Republik Indonesia) pertama, sekaligus sang proklamator kemerdekaan ini, yang merupakan sebagian gelar bagi Bung Karno, hingga saat ini namanya masih harum dan dikenang di Bumi Pertiwi tercinta.


Berbagai tulisan dalam beberapa bentuk kajian telah secara khusus membahas sang tokoh proklamator tersebut dan hingga sekarang masih menjadi tokoh yang tetap hangat untuk dikaji. Karena kehadiran sang proklamator menuai pro-kontra di kalangan masyarakat Indonesia, tidak sedikit yang menjelekkan sosok Bung Karno, meskipun tak sedikit pula yang menyanjungnya.


Buku sederhana yang ditulis oleh Argawi Kandito (Syaikh Pandrik) ini adalah buku kesekian kali dari buku-buku lain yang membahas tentang Bung Karno. Penulisan yang dilakukan dengan cara pendekatan metafisik-spiritual dan penggalian data melalui wawancara langsung dengan Soekarno yang sudah wafat menjadikan buku ini merupakan satu-satunya buku yang membahas Soekarno dengan cara unik yang menarik untuk dibaca.


Buku yang hanya menyajikan dua bagian utama ini membahas secara lengkap tentang Bung Karno. Meskipun data yang disajikan masih terlalu minim namun setidaknya bisa memberi penjelasan tentang pro-kontra tentang tulisan-tulisan yang pernah terbit sebelum buku yang ditulis Argawi Kandito ini.


Bagian pertama buku ini menjelaskan kisah perjalanan hidup Soekarno mulai dari proses belajar kepada kedua orang tuanya, para tokoh yang menjadi inspiratornya, pergulatannya dalam organisasi kepemudaan, hingga mengantarkan Indonesia Merdeka. Di bagian ini diceritakan betapa Bung Karno adalah sosok yang senantiasa belajar apa saja dan kepada siapa saja.


Dari peran Gajah Mada, Bung Karno banyak belajar tentang ilmu politik. Hayam Wuruk menjadi inspirator dalam hal kepemimpinan nasional. Dalam menghadapi berbagai persoalan dan cara penyampaian ideologi kepada masyarakat beliau peroleh dari sosok arif Sunan Kalijaga. Orasi-orasinya yang penuh motivasi dan semangat merupakan kecakapan yang dia dapat dari sang pujangga Jawa Ronggowarsito. Penguatan diri Bung Karno ternyata hasil didikan sang guru H.O.S. Cokroaminoto yang dianggapnya sebagai orang tua kedua setelah Ayah dan Ibu beliau sendiri. Dr. Soetomo juga menjadi tokoh inspirator dalam mewujudkan sebuah gagasan, yang kemudian diterapkannya dalam pergulatannya di organisasi. Kemauannya belajar kepada Jenderal Soedirman sebagai bawahannya, merupakan sikap rendah hati yang patut diapresiasi. Dari Jenderal Soedirman, Soekarno mendapat pelajaran berharga tentang keteguhan hati menjadi seorang pemimpin.


Bagian kedua buku ini menjelaskan tentang kisah kepemimpinannya. Mulai dari visi-misi yang diembannya, keberpihakanya, ranah kecerdasan emosionalnya, hingga keberaniannya. Terbukti dengan lahirnya ideologi NASAKOM (Nasionalisme-Agama-Komunisme), Marhaenisme sebagai bukti keberpihakannya kepada rakyat, BerDiKaRi (BERdiri Di atas KAki sendiRI), SARINAH (Sarining manah) dijadikan nama sosok inspiratif yang hadir dalam kegiatan meditasinya. PETA (Pembela Tanah Air), organisasi yang didirikannya dengan mengusung prinsip kesatuan, kesamaan, dan persaudaran, telah menciptakan pencerahan, dan memberikan kekuatan-kekuatan dalam jiwa kaum muda Indonesia yang menghendaki kemerdekaan.


Kemampuan penyesuaian diri dengan masyarakat, mengambil keputusan dengan tanpa pemihakan, kepercayaan, sifat kekeluargaan, toleransi, dan hubungan batin yang dijalinnya, hingga sikap berani melalui cara semi-militeristik yang terkesan diktatorial, menjadi ciri khas sosok kepemimpinan Bung Karno yang bersahaja dan garang.


Penulis buku ini menyampaikan, “Wawancara penulis dengan almarhum Soekarno dimulai sejak Oktober 2010 hingga Januari 2011.” Terasa aneh memang ketika kita dengar pernyataan ini. Pernyataan tersebut seolah menjadi kekurangan tersendiri bagi buku ini karena keberadaannya tidaklah lazim di kalangan masyarakat. Benar tidaknya, silahkan dinilai sendiri. Yang jelas, dari kejanggalan tersebut buku Argawi Kandito ini menarik untuk dibaca.[]

Abdul Rahman Wahid
Mahasiswa Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah,
Universitas Islam Negeri, Yogyakarta 

Diterbitkan oleh

Buletin Amanaha Online. Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I. Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur. Menulis.

0 komentar:

Post a Comment

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top