[sumber] |
Oleh: Muhammad Zaini
Menulis adalah salah satu
cara seseorang untuk mengekspresikan apa yang orang itu pikirkan dan apa hatinya rasakan. Dan terkadang menulis juga menjadi cara seseorang untuk mengungkapkan
jati dirinya. Dengan menulis, seseorang tidak hanya memperloleh sebuah karya, akan tetapi juga menciptakan kepuasan hati, yang berdampak
pada kesehatan secara emosional. Banyak orang beranggapan, bahwa menulis hanya
satu kegiatan yang biasa-biasa saja. Padahal, menulis ternyata menyehatkan dan
mencerdaskan seseorang.
Mungkin di antara kita ada yang bertanya,
mengapa menulis ternyata menyehatkan dan mencerdaskan? Jawabannya sangat simple, bahwa
menulis membuat otak tetap aktif untuk mereview apa saja yang terjadi di
lingkungan, sehingga melatih memori agar selalu bekerja dan merekam dengan baik apapun yang terjadi. Dengan
menulis, syaraf-syaraf otak akan selalu melakukan fungsinya, agar senantiasa
aktif.
Otak seorang manusia tidak sama dengan mesin. Karena bila mesin
semakin sering digunakan, maka akan semakin cepat mengalami penurunan daya
gunanya, yang dalam bahasa sehari harian disebutkan ”aus” atau
tumpul. Tetapi pada otak manusia justru yang
terjadi adalah kebalikannya. Semakin digunakan maka akan
semakin tajam dan cerdas.
Tak seorangpun dapat menghindar
dari kodratnya sebagai manusia, yaitu suatu waktu akan menjadi tua.
Memang semakin tua seseorang, maka otaknya akan
mengalami berbagai perubahan struktur maupun kimiawi yang khas, sehingga fungsi maksimalnya menjadi menurun. Tetapi
tingkat “keausan” otak justru dapat dihambat bila otak semakin sering digunakan. Dengan terus-menerus
menstimulasi otak, kemungkinan terjadinya sumbatan (luka) bahkan kalau dalam bahasa
Biologi “luruhnya” sel-sel
otak dapat netralisir
yakni dengan cara menulis.
Tjiptadinata Effendi dalam catatannya
mengatakan bahwa “Menulis Merangsang
Dwi Fungsi Otak. Orang yang membaca, hanya merangsang otak dari satu
arah. Sedangkan dengan menulis, maka sekaligus merangsang
dwi fungsi otak secara maksimal. Orang tidak mungkin menulis tanpa membaca apa
yang ditulisnya. Sehingga dengan demikian, menulis merupakan cara terbaik untuk
menjaga otak tetap cerdas. Karena menulis
tidak hanya melawan lupa, tapi sekaligus terapi jiwa. Sarana dan prasarana untuk sharing and connecting, mengasah otak serta menjadikan hidup semakin
bermanfaat.
Jabaran Undang-undang Dasar 1945 tentang pendidikan yang termaktub dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Kata-kata mencerdaskan di sini tidak hanya cerdas dalam membaca saja, akan tetapi
dalam hal menulis pun juga harus cerdas.
Karena hasil dari apa yang kita baca, harus juga diimplementasikan kepada
khalayak umum, salah satunya dengan tulisan.
Menulis itu bukan hanya untuk diri sendiri, akan tetapi buat masyakat juga.
Karena pada dasarnya pendidikan dan masyarakat adalah hal yang tidak bisa
dipisahkan. Pendidikan mengabdi untuk
masyarakat, sedangkan masyarakat maju dan berkembang melalui pendidikan. Nah,
berkembangnya suatu masyarakat melalui pendidikan tidak hanya pendidikan
berbasis ceramah saja, akan tetapi mereka juga harus mempunyai acuan
kependidikan yang tersaji dalam sebuah tulisan. Oleh sebab itu kontribusi
pendidikan lewat tulisan itu sangat berpengaruh terhadap berkembangnya suatu
masyarakat.
Bahkan tokoh besar pun seperti Soe Hok Gie,
RA Kartini, Tan Malaka, dan tokoh-tokoh lainnya, mereka semua menjadi besar dan
dikenal karena sebuah tulisan. Dan ini selaras dengan kata-kata bijak yang
sering kita dengar bahkan kita baca “Dengan membaca kita akan mengenal dunia
dan dengan menulis kita akan dikenal dunia”. Pengertian dikenal di sini
tentu beda dengan terkenal. Terkenal bukanlah menjadi tujuan dalam menulis.
Dikenal di sini lebih kepada bagaimana bisa berbuat dan meninggalkan sesuatu
yang baik sehingga menjadi inspirasi baik untuk diri sendiri maupun orang lain
untuk berbuat baik pula. Wallahu a’lam.[]
0 komentar:
Post a Comment