Oleh:
Muhammad Madarik
MUKADDIMAH
Disadari
ataupun tidak, orang-orang non Arab (‘ajamî) secara umum menganggap
bahasa Arab sebagai bahasa yang sulit dipahami dan terkesan rumit dibanding
bahasa lainnya. Padahal sebetulnya semua bahasa di dunia ini memiliki tingkat
kesulitan dan kemudahan masing-masing, tergantung ciri khas bahasa itu sendiri,
baik dari segi fonologi, morfologi, sintaksis maupun semantik.
Tidak jauh
berbeda, kesan sulit bahasa Arab masih melekat dalam diri pelajar Indonesia.
Kesan tersebut dimaklumi, sebab sistem kebahasaan antara bahasa Indonesia dan
bahasa Arab memang tidak sama. Hal mendasar dari kedua bahasa itu ialah
perbedaan ras dan rumpun. Bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Semit (As-Samiyah),
sedangkan asal bahasa Indonesia rumpun Melayu (Austronesia).
Namun
sebenarnya, bukan hanya persoalan-persoalan kebahasaan yang menyebabkan
kecenderungan masyarakat terhadap eksistensi bahasa Arab menurun dibanding
bahasa Inggris, tetapi lebih jauh dari itu secara umum tren masyarakat dunia
menjatuhkan pilihannya pada bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.
Walaupun pada hakikatnya dinamika bahasa Arab lebih dinamis, universal dan
memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dipunyai bahasa lain, termasuk bahasa
Inggris.
Lewat
tulisan singkat ini, diimpikan agar stigma bahwa bahasa Arab memiliki sudut
kebahasaan yang lebih rumit dibanding bahasa lain bisa terkuak.
FUNGSI
DAN KARAKTERISTIK
Memahami
bahasa Arab seharusnya dilacak secara komprehensif, tetapi menelaah dimensi
kekhasannya sudah cukup mengungkap betapa bahasa Arab memang dipilih Tuhan
berperan mewakili firman-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran:
)إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ(
[QS. 12:02]
Setidaknya mengenal
fungsi dan karakter pada bahasa Arab dipandang merupakan langkah awal yang
bisa menuntun seseorang menemukan sekian
banyak rahasia di balik bahasa kitab suci dalam agama Islam itu.
1) Fungsi
Bahasa arab
Bahasa Arab
seperti fungsi bahasa yang lain merupakan lambang bunyi yang berguna sebagai
salah satu alat komunikasi. Bahasa Arab dinilai memunyai kaitan erat dengan
agama Islam, dikarenakan Alquran diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, sehingga
secara tidak langsung melibatkan tradisi bangsa Arab sebagai landasan (basis)
Islam.
2)
Karakteristik Bahasa arab
Setiap
bahasa pasti memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda-beda sesuai budaya
masyarakat tempat bahasa itu tumbuh. Begitu pula bahasa Arab memunyai sisi
khusus yang tidak terdapat dalam bahasa lain.
Bahasa Arab
memiliki karakteristik yang terbilang unik dan universal. dikatakan unik karena
bahasa Arab berciri khas yang membedakan dengan bahasa lain. Disebut universal
karena pada bahasa Arab tersimpan nilai-nilai yang sama dengan bahasa lain.
Karakteristik
dalam bahasa Arab dapat diuraikan sebagai berikut:
(a) Bahasa
Arab memiliki ragam yang meliputi:
> Ragam
sosialek yaitu ragam bahasa yang menunjukkan stratifikasi sosial-ekonomi
penuturnya. Contoh: Kata انت; disebutkan untuk kata ganti kedua yang sederajat. Kalimat انتم; digunakan untuk kata ganti kedua yang lebih mulia.
> Ragam
geografis yaitu ragam yang menunjukkan dialek berbeda akibat letak daerah satu
dengan wilayah yang lain (لهجة فردية).
(b) Bahasa
Arab dapat diekspresikan secara lisan ataupun tulisan.
(c) Terdapat
kehadiran individu yang sangat terasa dalam setiap ungkapan kata kerja. Sisi
individu begitu tampak pada kata ganti dan berbagai bentuk verba secara
mentalistik melalui struktur kata dan kalimat. Misalnya kata اقرأ [aqra'u]
berarti kehadiran aku, sedangkan kata تقرأ [taqra'u]
mencerminkan kamu (laki-laki), atau kata يقرأ [yaqra'u]
yang dimakanai dia (laki-laki).
Hal ini
berbeda dengan bahasa Indonesia yang membutuhkan kata secara utuh untuk
menghadirkan individu seseorang. Contoh: Aku membaca, kamu membaca atau dia
membaca.
(d)
Keutamaan makna dalam bahasa Arab yang tampak sekali juga mementingkan unsur
arti dari kata perkata disamping memperhatikan setiap tuturan. Oleh karena itu,
dalam bahasa Arab ditemukan tak terbilang bentuk, struktur dan pola yang
menunjukkan makna, sifat dan keadaan. Contoh: pola dari kata فعلان [fa'lân]
mengindikasikan pada bergerak dan kacau, seperti kata هيجان [haijân]
yang bermakna "gejolak". Contoh lain: pola dari kata فعل
[fa‘‘ala] yang menunjukkan arti perulangan. Misalnya kata حرك
[harraka] yang padanan dalam bahasa Indonesia di antaranya berulang;
menggerak-gerakkan.
(e)
Keberadaan i'râb mempertinggi kualitas kebahasaan bagi bahasa Arab.
I'rab dalam bahasa Arab dinilai sebagai hal urgen. I'rab memuat kaidah-kaidah
tanda baca dan perubahan-perubahan kedudukan sebuah kalimat. Ketepatan bacaan
suatu teks Arab tergantung seberapa penguasaan i'râb-nya. Kesalahan
meng-i'râb akan berdampak pada makna. Contoh:
) أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ۙ وَرَسُولُهٍ(
[QS. 10:03]
Jika huruf
"lam" dibaca kasrah pada kata ورسوله [wa rasûlih],
maka akan berarti "Allah terlepas - tanggungjawab - dari orang-orang
musyrik dan rasul-Nya". Imam Ad-Du’alî membantah pemaknaan semacam
ini.
Sementara
bahasa yang tidak mengenal i'râb hanya mengandalkan isyarat-isyarat
linguistik dan gabungan kata atau hubungan antara frase dan klausa. Contoh:
Ulfa menyayangi anak-anaknya.
Bila
dibandingkan susunan kalimat dalam bahasa Arab yang terasa memiliki nilai seni
tersendiri pada setiap dinamika di dalam i'râb, pemaknaan contoh kalimat
di atas begitu hambar sebab hanya berlandas pada gabungan kata atau hubungan
antara frase dan klausa belaka.
(f) Kekayaan
kosa kata bahasa Arab yang sudah dikenal oleh para ahli bahasa terutama terkait
dengan konsep budaya dan kehidupan harian orang-orang Arab. Contoh:
Jika haus,
maka menggunakan ungkapan العطش [al-‘athasy].
Jika lebih
haus, maka menggunakan ungkapan الظماء [al-dzamâ'].
Jika lebih
kuat, maka menggunakan ungkapan الصداء [al-shadâ'].
Jika lebih
dahsyat, maka menggunakan ungkapan الأوام [al-awam].
Sedangkan
ujaran berkaitan dengan derajat atau jenjang kualitas dalam bahasa Indonesia
biasanya menggunakan kata bantu sarana yang menunjukkan perbandingan. Contoh:
haus, sangat haus, lebih haus lagi.
(g) Kekayaan
kosa kata dalam bahasa Arab tidak hanya terbatas pada kalimat atau kata belaka,
tetapi termasuk huruf-huruf dalam bahasa Arab juga memiliki makna yang lebih
dari satu. Contoh huruf "mîm":
Bermakna
batas awal: خرجت من القرية (aku datang dari desa).
Bermakna
sebagian: أنفقت من الدراهم (aku ingatkan sebagian dirham).
Bermakna
penjelasan: لي ثوب من حرير (aku punya baju sutra).
Bermakna
alasan: نام هلال من الجوع (Hilal tidur karena lapar).
Bermakna
perbedaan: عرفنا الحق من الباطل (kita tahu kebenaran dari kerusakan).
(h) Masih
dalam kekayaan kosa kata bahasa Arab, terdapat sistem pengambilan suatu kata
dari kata yang lain dengan tetap dalam makna yang sama atau dikenal istilah isytiqâq.
Contoh:
Kata فتح
[fataha] yang berarti bermakna telah membuka.
Kata يفتح [yaftahu] yang berarti bermakna sedang/akan
membuka.
Kata افتح [iftah] yang berarti bermakna bukalah.
Kata فاتح [fâtih] yang berarti bermakna pembuka.
Kata مفتوح [maftûh] yang berarti bermakna yang dibuka.
Dalam bahasa
Arab, makna dasar yang sama dari satu akar kata memunculkan makna-makna sesuai
adaptasi situasional. Sedangkan dalam bahasa Indonesia masih membutuhkan
beberapa kata lain untuk menemukan padanan kata Arabnya. Contoh: مفتوح [maftûh] artinya "yang dibuka".
(i) Terdapat
semacam derivasi kalimat, yaitu gabungan dua kata atau lebih yang mencerminkan
singkatan dari sekumpulan kata yang tak berkait secara morfologis tetapi
berhubungan secara filosofis. Contoh:
Kata بسملة [basmalah], merupakan singkatan dari "Bismillahirrahmanirrahim".
Kata حمدلة [hamdalah] merupakan
singkatan dari "Alhamdulillah".
Kata دمعز [dama‘azza] merupakan singkatan dari "Adama Allah
izzak".
Kata صلعم [shal‘am] di luar perbedaan pendapat para ulama, kata
ini merupakan singkatan dari "Shalallah alaihi wasallam".
Termasuk
dalam bagian ini, ialah integrasi dua kata. Yang dimaksud adalah ungkapan dua
kata dengan makna berbeda dalam bentuk "dua" (تثنية) secara
morfologis dan menjadi istilah baku dalam bahasa Arab secara kultural.
Ungkapan
yang terambil dari salah satu kata yang terintegrasi. Contoh:
Kata الأبوان [al-abawân] yang berarti ayah dan ibu.
Kata القمران [al-qomarân] yang berarti matahari dan bulan.
Kata العمران [al-‘umarân] yang berarti Abu Bakar dan Umar ibn
Khattab.
Ungkapan
yang terambil dari kata lain yang terkesan tidak identik. Contoh:
Kata الثقلان [ats-tsaqalân] yang berarti jin dan manusia.
Kata الجدبدان [al-jadîdân] yang berarti siang dan malam.
Derivasi dan
integrasi kata dalam bahasa Arab cukup sulit ditemukan cakupan kata dalam
bahasa Indonesia. Bahasa di luar Arab hanya mampu melayani padanan kata dalam
bentuk terjamahannya. Selebihnya tidak mampu dipadankan.
PENUTUP
Pembelajaran
bahasa Arab bagi sebagian besar orang, di dalam lembaga pendidikan Islam
sekalipun, memang dihadapkan pada problematika yang cukup berat karena dibebani
imej yang menggambarkan seluk beluk kerumitan-kerumitan dalam bahasa Alquran
itu.
Tetapi
dengan mengenal dan memahami kekhasan bahasa Arab yang tidak terdapat dalam
bahasa lain, memungkin menelaahnya lebih diminati. Semoga.[]
RUJUKAN
(1) Acep
Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Rosdakarya. 2011.
(2)
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), Bandung,
Humaniora. 2005.
(3) http://natalinadc.blogspot.co.id/jenis-jenis-bahasa.html?m=
(kala akses, 04/07/2016).
(4)
https://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frase-klausa-dan-kalimat/ (kala
akses, 02/07/2016).
(5) http://www.en-wikipedia.org (kala akses,
02/07/2016).
0 komentar:
Post a Comment