Oleh: Muhammad Zamzami
Semacam gambaran pemulaan, suasana pagi yang sejuk di tengah
keramaian kota ini semakin mengantarkanku dalam sebuah situasi psikologis yang
bisa dikatakan menjadi harapan setiap orang. Meskipun hanya sebuah situasi
kejiwaan yang sifatnya abstrak alias tak tampak, namun keberadaannya menentukan
timbulnya ekspresi tubuh yang bergerak ke arah positif atau negatif. Apalagi
secangkir kopi hangat turut serta mewarnainya dan menambah sensasi kenikmatan
yang olehnyalah tercipta sebuah reaksi positif, yakni hadirnya suasana
ketenangan. Ya, ketenangan yang bercokol jiwa. Sehingga, indikasi yang datang darinya
adalah kemampuan lebih untuk berpikir jernih tentang segala hal yang dituntut
untuk segera diselesaikan. Untuk menyelesaikan sebuah permasalahan memang tak
mungkin akan berjalan seperti yang diharapkan jika tidak ditangani dengan
ketenangan hati dan kejernihan pikiran. Hal itu hanya akan terjadi jika jiwa
sang aktor dalam kondisi yang tenang dan murni, serta tidak terkontaminasi oleh
emosi atau tendensi-tendensi lainnya.
Banyak sekali problematika yang selalu mewarnai kehidupan kita, dari
permasalahan terkecil seperti rumah tangga dan lainnya, pendidikan, sosial, dan
bahkan permasalahan yang saat ini lagi tren di kalangan anak muda, yakni asmara,
yang selalu menghalang-halangi kita untuk meraih keinginan kita dan cita-cita
kita. Disadari atau tidak, permasalahan itu hakikatnya hanyalah sebuah ujian dan
cobaan dalam kehidupan yang mau tidak mau harus kita jalani dan kita selesaikan
dengan bijak. Sudah barang tentu proses penyelesaian ini tidak hanya sekadar
melewatinya saja tanpa adanya kesiapan untuk menjawab tantangan dalam ujian
itu. Ya, mempersiapkan jawaban, layaknya menghadapi ujian UTS atau UAS di
perkuliahan, dengan belajar dan mengulangi dengan membaca kembali materi
perkuliahan yang kita dapatkan sebelumnya. Dengan begitu, kita akan mudah
menjawab materi-materi ujian yang dihadapkan pada kita.
Lalu pertanyaannya, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk
menghadapi ujian atau cobaan dalam kehidupan ini? Materi perkuliahan apa yang
harus dibaca kembali agar kita mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan tantangan-tantangan
yang dihadapkan kepada kita? Tentu bukan materi-materi perkuliahan, bukan juga
pelajaran-pelajaran yang kita terima di sekolah. Akan tetapi dengan muhasabah.
Ya, dengan evaluasi dirilah kita akan mampu menjawab setiap tantangan, cobaan,
dan ujian yang akan kita terima. Bukankah setiap cobaan dan ujian tidak akan
melampaui kemampuan yang kita miliki? Artinya, sebelumnya kita sudah
mendapatkan materi-materi seputar kehidupan, atau bisa dikatakan dengan
pengalaman, baik itu pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain, yang dapat
kita ambil pelajaran darinya dan kita baca kembali untuk kita persiapkan dalam
rangka menjawab sekian tantangan, uijan, dan cobaan dalam kehidupan yang akan
kita terima nantinya.
Dengan begitu, tanpa disadari kita telah menambah pengalaman kita. Pengalaman
itu dapat kita jadikan sebagai bahan persiapan untuk dibaca kembali dan
dijadikan persiapan untuk menjawab permasalahan-permasalahan lain yang akan
datang di sana nanti serta dan akan menjadi penghambat kita dalam meraih
harapan dan cita-cita. Toh sebenarnya permasalahan-permasalahan itu
bukan musuh yang harus kita waspadai, tapi ia adalah sahabat kita yang akan
mengantarkan kita ke sebuah ruang kehidupan yang lebih berwarna dan lebih baik
tentunya. Karena memang kehidupan ini tak ubahnya sekadar ruang kelas di
sekolahan. Kita akan naik kelas jika kita mendapatkan nilai yang sesuai dengan
standar penilaian untuk naik kelas.
Kita harus menerima memang jika kita tidak naik kelas lantaran nilai
yang kita dapatkan tidak sampai ke level baik atau layak untuk mendapatkan mata
pelajaran yang akan kita terima di kelas yang lebih tinggi, sebab kita memang
kurang persiapan, atau dalam hal ini kita kurang, atau bahkan enggan, untuk muhasabah
atau evaluasi diri.
Sebenarnya, yang menjadi permasalahan bukan di situ. Bukan tentang
keharusan menyikapi setiap cobaan dan ujian hidup dengan bijak atau kurang
persiapan dan tidaknya, tapi apa sebenarnya yang menprovokasi diri kita untuk
enggan ber-muhasabah atau evaluasi diri sehingga kita tidak mampu
menjawab problematika kehidupan dengan baik seperti yang diinginkan? Memang
tidak mudah untuk menjawab tertanyaan tersebut. karena kecenderungan setiap
individu diakibatkan oleh karakter masing-masing, yang indikasinya adalah
berbedanya setiap perorangan dalam mengambil sikap terhadap permasalahan kehidupan.
Ada yang lahir dan dibesarkan dari lingkungan yang materialistis, ada yang dari
lingkungan yang agamis, yang yang primitif, atau yang lainnya, yang hal itu
sudah pasti mempengaruhi watak dan cara berpikir seseorang.
Kalau ia berasal dari lingkungan yang mengajarkan ketidakdewasaan
dalam bersikap, ia akan cenderung acuh untuk muhasabah dan menjawab
ujian dan cobaan hidup dengan tanpa adanya persiapan. Hasilnya pun akan hanya terkungkung
dalam problematika yang stagnan, alias tidak naik kelas.
Sebaliknya jika sang aktor tadi dari lingkungan yang baik dan
mengajarkan kedewasaan dalam bertindak, mengambil sikap, dan bahkan selalu muhasabah
atau selalu evaluasi diri, maka hasilnya akan berbeda. Ia dipertemukan dengan warna
baru dan materi baru yang nantinya ujian dan cobaannya pun akan baru pula, dan
begitulah seterusnya, di samping ia akan
naik ke kelas yang lebih tinggi lantaran ia telah lulus dan mendapat nilai yang
memuaskan sesuai standar nilai kelulusan.
Terakhir, anggap saja ini hanya sekadar tulisan yang tertuang dari
sebuah pikiran yang sedang lelah lantaran tak mampu lagi membendung banyaknya
luapan hasrat dan keinginan untuk diungkapkan. Selanjutnya, hanya harapan
kepada para pembaca agar sudi untuk mengoreksi kekurangan dan kekeliruan, yang
dipastikan menjadi noda hitam dan mengeruhkan kejernihan pembahasan yang
tertuang dalam tulisan ini. Sebab, ia hanya sekadar penyaluaran atas luapan
gagasan yang timbul dari pemikiran yang belum jelas betul kejernihannya.[]
Jogja, 18
September 2016.
Sumber gambar: 050519-N-0226M-012
Sumber gambar: 050519-N-0226M-012
0 komentar:
Post a Comment