Oleh: Muhammad Dhofir*
Pintu yang
terbuka
Kuucap sepatah
kata dari lubuk hati yang gundah
Tak seorang pun
yang mendengarnya
Karena
membisunya di antara dua insan yang berbeda
Seperti bintang dan rembulan
Selalu membisu
biarpun memberi cahaya
Kumengadu pada
Bintang tapi menangisinya
Kubertanya pada
Rembulan tapi menertawainya
Seakan tak
mengerti apa yang dilihatnya
Malah
mengatakan engkau terlalu menjahuinya....
(Harapan yang ditunda)
Indahnya cahaya
Kutatap
auramu penglihatanmu
Kuberikan
sebuah pesan untuk mengenalimu
Kurasakan
manisnya senyumanmu
Ketika aku
bertemu denganmu
Tapi ku tak tahu
seperti apa perasaanmu
Denyut
jantungku selalu meniti dalam nadiku
Ketika
kumenatap kecantikan wajahmu
Keterdiamanmu
seperti berlian
yang mengilaukanku
(Keterdiaman)
Perasaan yang
menanti harapan
Setiap detik
dan waktu aku menunggu
Untuk menjadi
yang terbaik bagimu
Bahasa isyarat
yang engkau gunakan
Seakan seribu
bahasa yang akan engkau ucapkan
Kemerdekaan cintamu
selalu kau genggam
Tanpa secercah
perasaan yang engkau curahkan
Mengenalmu
bagaikan batu karang dalam lautan
(kebimbangan)
Muhammad Dhofir
adalah mahasiswa Sastra Inggris di UTY Yogyakarta
0 komentar:
Post a Comment