Setelah melalui beberap proses, akhirnya klinik kesehatan milik
pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran resmi dibuka pada 18 Januari 2016 yang
ditandai dengan acara pembacaan shalawat dan doa di ruang klinik. Agenda
kegiatan ini dihadiri oleh KH Ahmad Hariri Yahya (Penasihat Yayasan Kiai Haji
Yahya Syabrawi), Habib Abdul Qodir ibn Muhammad Al-Jufri (tokoh masyarakat),
Gus Nasihuddin Khozin (Bendahara Yayasan Kiai Haji Yahya Syabrawi), Gus Abdul
Mannan Qoffal (Kepala SMK Al-Khozini), dr. Ganang (pelaksana klinik), Bapak
Jumadi (Kepala Desa Ganjaran), Bapak Hasyim Khan (Pengurus Hisaniyah RU I) dan
beberapa masyarakat sekitar klinik.
Tanggal ini dicanangkan sebagai waktu kelahiran pusat kesehatan yang
bertempat di desa Ganjaran ini, meskipun proses lobi-lobi dan penggarapan
teknis sudah dimulai sebelum tanggal tersebut.
Asal usul klinik yang kemudian diberi nama "Klinik Fasyfini"
ini diawali oleh perkenalan antara Gus Abdul Mannan Qoffal (Kepala SMK
Al-Khozini Ganjaran) dengan seorang dokter Aji Bayu Wicoksono yang lebih
populer dengan panggilan dr. Ganang. Pertautan antara dua orang inilah
lalu membuahkan hasil perencenaan
pendirian pusat kesehatan untuk santri dan masyarakat. Bak gaung bersambut,
program bidang kesehatan ini dianggap begitu sangat prospektif bagi
pengembangan SMK Al-Khozini. Sebagaimana sering diungkapkan, Gus Mannan memang
sudah lama mengimpikan adanya jurusan yang berkaitan dengan kesehatan. Bagi
putra kiai Qoffal ini, pesantren dengan segala macam potensi yang dimiliki dan
sekaligus kekurangan yang selama ini disematkan, ke depan memerlukan generasi
muslim yang benar-benar mampu berperan aktif di ranah kesehatan. Sebab selama
ini gaya hidup masyarakat muslim, terutama kaum nahdliyin dan bahkan sebagian
besar kalangan pesantren sendiri, begitu berjarak dengan prinsip-prinsip hidup
sehat. Kehadiran pusat kesehatan diharapkan bisa mengubah dan memperbaiki
pandangan dan sikap yang mengabaikan urgensitas kesehatan.
Padahal secara normatif, menurut menantu KH Khozin Yahya itu, dari sisi
konsep sebetulnya orang-orang pesantren kaya referensi tentang kesehatan mulai
dari jaman klasik hingga masa modern. Setiap melakukan kajian kitab, para
santri sering kali menemukan tema-tema yang berkaitan dengan kesehatan. Tetapi
sayangnya, potensi besar yang dimiliki kaum "sarungan" itu ternyata
lemah di dalam implementasi. Buktinya, lingkungan pesantren tetap saja dikenal
sebagai tempat kumuh, tidak bersih dan "sarang kudik."
Hal ini senada dengan asa terpendam dr. Ganang yang mengangankan agar
mindset masyarakat yang sudah sekian lama melekat tentang kebersihan dan
kesehatan kaum nahdliyin dan dunia pesantren tidak lagi buram. Lompatan yang
mengambil start dari upaya mewujudkan pusat kesehatan di pusar nahdliyin
diandaikan mampu mengubur mindset tersebut.
Keterkaitan dua mimpi ini melahirkan semangat Gus Mannan untuk
melempangkan jalan buat dokter enerjik itu memasuki gerbang PPRU I. Hal pertama
yang dilakukan oleh suami Nyai Habibah itu adalah memohon restu kepada saya,
selaku pihak Yayasan Kiai Haji Yahya Syabrawi. Kemudian saya menyerap pendapat
dua orang yang saya anggap penting dilingkungan pesantren Raudlatul Ulum I
dalam konteks pengadaan pusat kesehatan, yakni Gus Nasihuddin Khozin dan Gus
Abdurrahman Said. Orang pertama, saya anggap mempunyai pengaruh besar di
jajaran kepengurusan pesantren, sedangkan kedua saya nilai telah teruji daya
kritisnya saat sebelumnya pernah muncul niat yang sama beberapa tahun silam.
Setelah presentasi dr. Ganang tentang rencana induk (master plan) pusat
kesehatan, keduanya mengapresiasi rancangan ini. Sebagai pihak yang ditunggu
jawabannya, saya kemudian mengiyakan tawaran Kepala SMK Al-Khozini dengan
menyetujui rancangan dr. Ganang. Walaupun terdapat beberapa orang di kalangan
keluarga yang masih "bertanya-tanya" dari berbagai aspek, namun
cita-cita ini tetap dilanjutkan sehingga presentasi kedua dari dr. Ganang
digelar. Uraian tahap dua kian memuluskan rencana agar PPRU I segera memiliki klinik.
Tanggal 18 Januari 2016 merupakan momen terwujudnya klinik kesehatan
yang diberi nama "Fasyfini." Nama ini muncul setelah saya dipercaya
oleh Gus Mannan untuk menentukan nama yang tepat bagi klinik. Saya tidak paham
asal muasal penamaan ini menggunakan titel itu, tetapi yang jelas makna dibalik
nama tersebut mencerminkan harapan kesehatan semua pihak. Apalagi dr. Ganang
menginginkan agar nama klinik tidak menggambarkan perwakilan salah satu
lembaga. Saya kira nama "Fasyfini" sudah cocok dengan kegiatan yang
bergerak di bidang kesehatan dan sesuai dengan keinginan menutup keterwakilan
salah satu pihak.
Tentu keberadaan "Fasyfini" bukan merupakan garis finish
yang kaprahnya kemudian menepuk dada setelah wujudnya. Rentetan kegiatan
berikutnya di dalam "Klinik Fasyfini" perlu terus dikawal mekanisme,
prosedur dan aktivitas teknisnya. Oleh karena itu, pada tanggal 9 Pebruari 2016
yang lalu saya mengumpulkan jajaran Dewan Pengasuh, dan dr. Ganang serta timnya
untuk menetapkan Gus Ahmad Athok Lukman dan Gus Abdurrohim Said sebagai wakil
Yayasan yang diharapkan bisa ikut serta mengkomunikasikan antara Yayasan dan
tim pelaksana "Klinik Fasyfini" dan sekaligus melakukan pengawasan.
Gus Athok diancang dapat mengoreksi bidang keuangan sedang Gus Abdurrohim
diminta mengawasi proses pelaksanaan.
Sumber gambar: Peaceful Heart Doctor, by Eva Blue
Jika ada penambahan bed pasien dll bisa hubungi saya di nmor wa 085780847782
ReplyDelete