Oleh: Muhammad Dhofir
Sederet kata di atas harusnya menjadi salah satu perekat
bagi keberadaan masyarak plural (majemuk), keadaan masyarakat
yang beragam. “Melengkapi dalam perbedaan” merupakan sebuah frasa yang
seharusnya menjadi moto masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya. Lewat
ungkapan tersebut, masyarakat diajak untuk membangun wilayah di mana mereka tinggal, walaupun terselip perbedaan di antara
mereka. Hendaknya perbedaan tersebut menjadi jembatan untuk kesejahteraan dan kesejajaran
bersama. Ungkapan ini mungkin hanya tertera di dalam pikiran, tetapi paling
tidak sekembalinya ke Kalimantan Barat bagi para “perantau”
sudah sangat paham harus bagaimana semestinya membangun cinta melengkapi
perbedaan. Sampai pada akhirnya menyebabkan timbulnya kepekaan sosial masyarakat terhadap perbedaan yang ada.
Multikulturalisme di Indonesia terbentuk dari
keanekaragaman suku bangsa, agama, bahasa, etnis, hingga adat istiadat.
Kemajemukan bukan sesuatu yang asing bagi bangsa Indonesia. Terbiasa hidup
dengan keadaan masyarakat yang beragam suku bangsa, sosial, dan adat istiadat
belum tentu membawa kesadaran tentang pentingnya hidup dalam pluralisme (kemajemukan).
Multikulturalisme bukan hanya
memandang soal keberagaman, tetapi juga suatu
kondisi di mana masyarakat yang majemuk mengakui adanya kesederajatan
kultur dan perbedaan yang ada. Dimaksudkan tidak ada nilai budaya yang lebih
baik atau budaya yang lebih benar satu sama lain. Integrasi (keterpaduan)
terwujud menjadi bentuk konkret dalam
kesederajatan dan kegotongroyongan.
Dari konsep kesederajatan dalam multikulturalisme bisa
diambil suatu sikap yaitu toleransi. Multikulturalisme bukan hanya tentang
menerima keberagaman, namun juga bersikap aktif dalam bertoleransi. Memaknai kembali multikulturalisme dapat
diimplementasikan dengan cara menghormati kultur dan kebudayaan masing-masing
individu. Di samping itu, mengakui eksistensi budaya dan kultur serta toleransi atas aktivitas-aktivitas kebudayaan merupakan representasi
dalam keharusan hidup masyarakat plural. Kesadaran akan hidup cinta perbedaan
dengan semua orang inilah cermin salah satu tipe manusia pemimpin.
Hal yang tak kalah penting dari penerapan
multikulturalisme adalah pendidikan multikulturalisme yang diajarkan kepada
siswa/santri. Pendidikan adalah sebuah media sosialisasi
multikulturalisme yang efektif, karena dalam dunia pendidikan selain memberikan
ilmu juga memberikan pedoman dalam tingkah dan perilaku. Ketika pendidikan
berhasil, baik pendidikan formal atau
non-formal menanamkan konsepsi dari multikulturalisme maka siswa/santri akan pandai dalam
menyikapi perbedaan yang ada. Tidak mengedepankan keilmuan yang dimiliki
tetapi lebih kesejajaran, diharapakan menjadi tauladan dari kemajemukan masyarakat
yang ada.
Oleh karena itu, penamanan sikap toleransi kepada
siswa/santri dan masyarakat sejatinya perlu ditularkan dari sanubari ulama
kepada santrinya, pendidik ke siswanya, orang tua kepada putra-putrinya, dan
seterusnya.
Ketika dihadapkan dengan segelintir perbedaan di sekitar
kita, kunci utama adalah cinta dan kesejajaran. Melalui cinta dan kesejajaran,
kemajemukan bisa menjadi pondasi masyarakat untuk menumbuhkan sikap cinta tanah
air dan kepedulian antar sesama. Seperti sederet kata “cinta melengkapai
perbedaan” menunjukkan kepada Nusantara bahwa cinta menumbuhkan kebersamaan dan kesejajaran dalam
masyarakat multikultural.[]
sumber gambar: Hadapi Kami dulu, by Hery Hehakaya
0 komentar:
Post a Comment