Thursday, February 18, 2016

Cinta Melengkapi Perbedaan; Potret Ideal Masyarakat Multikultural

11:19 AM


Oleh: Muhammad Dhofir

Sederet kata di atas harusnya menjadi salah satu perekat bagi keberadaan masyarak plural (majemuk), keadaan masyarakat yang beragam. “Melengkapi dalam perbedaan” merupakan sebuah frasa yang seharusnya menjadi moto masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya. Lewat ungkapan tersebut, masyarakat diajak untuk membangun wilayah di mana mereka tinggal, walaupun terselip perbedaan di antara mereka. Hendaknya perbedaan tersebut menjadi jembatan untuk kesejahteraan dan kesejajaran bersama. Ungkapan ini mungkin hanya tertera di dalam pikiran, tetapi paling tidak sekembalinya ke Kalimantan Barat bagi para “perantau sudah sangat paham harus bagaimana semestinya membangun cinta melengkapi perbedaan. Sampai pada akhirnya menyebabkan timbulnya kepekaan  sosial masyarakat terhadap perbedaan yang ada.

Multikulturalisme di Indonesia terbentuk dari keanekaragaman suku bangsa, agama, bahasa, etnis, hingga adat istiadat. Kemajemukan bukan sesuatu yang asing bagi bangsa Indonesia. Terbiasa hidup dengan keadaan masyarakat yang beragam suku bangsa, sosial, dan adat istiadat belum tentu membawa kesadaran tentang pentingnya hidup dalam pluralisme (kemajemukan).

Multikulturalisme bukan hanya memandang soal keberagaman, tetapi juga suatu kondisi di mana masyarakat yang majemuk mengakui adanya kesederajatan kultur dan perbedaan yang ada. Dimaksudkan tidak ada nilai budaya yang lebih baik atau budaya yang lebih benar satu sama lain. Integrasi (keterpaduan) terwujud menjadi bentuk konkret dalam kesederajatan dan kegotongroyongan.

Dari konsep kesederajatan dalam multikulturalisme bisa diambil suatu sikap yaitu toleransi. Multikulturalisme bukan hanya tentang menerima keberagaman, namun juga bersikap aktif dalam bertoleransi. Memaknai kembali multikulturalisme dapat diimplementasikan dengan cara menghormati kultur dan kebudayaan masing-masing individu. Di samping itu, mengakui eksistensi  budaya dan kultur serta toleransi atas aktivitas-aktivitas kebudayaan merupakan representasi dalam keharusan hidup masyarakat plural. Kesadaran akan hidup cinta perbedaan dengan semua orang inilah cermin salah satu tipe manusia  pemimpin.

Hal yang tak kalah penting dari penerapan multikulturalisme adalah pendidikan multikulturalisme yang diajarkan kepada siswa/santri. Pendidikan adalah sebuah media sosialisasi multikulturalisme yang efektif, karena dalam dunia pendidikan selain memberikan ilmu juga memberikan pedoman dalam tingkah dan perilaku. Ketika pendidikan berhasil, baik pendidikan  formal atau non-formal menanamkan konsepsi dari multikulturalisme maka siswa/santri akan pandai dalam menyikapi perbedaan yang ada. Tidak mengedepankan keilmuan yang dimiliki tetapi lebih kesejajaran, diharapakan menjadi tauladan dari kemajemukan masyarakat yang ada.

Oleh karena itu, penamanan sikap toleransi kepada siswa/santri dan masyarakat sejatinya perlu ditularkan dari sanubari ulama kepada santrinya, pendidik ke siswanya, orang tua kepada putra-putrinya, dan seterusnya.

Ketika dihadapkan dengan segelintir perbedaan di sekitar kita, kunci utama adalah cinta dan kesejajaran. Melalui cinta dan kesejajaran, kemajemukan bisa menjadi pondasi masyarakat untuk menumbuhkan sikap cinta tanah air dan kepedulian antar sesama. Seperti sederet kata “cinta melengkapai perbedaan” menunjukkan kepada Nusantara bahwa cinta menumbuhkan kebersamaan dan kesejajaran dalam masyarakat multikultural.[]

sumber gambar: Hadapi Kami dulu, by Hery Hehakaya

Diterbitkan oleh

Buletin Amanaha Online. Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I. Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur. Menulis.

0 komentar:

Post a Comment

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top