[photo credit: here] |
Oleh: Abdul Rahman Wahid
Menisbatkan
diri sebagai manusia, merasakan segala hiruk pikuk dunia beserta tetek
bengeknya. Pada saat itu juga, manusia tidak bisa menghindar dari cinta.
Begitulah ungkapan pujangga yang tengah di dera asmara. Kata-kata yang terucap
selalu menggambarkan keagungan cinta. Cinta itu sama dengan kehidupan/kalau kita tidak bisa menghentikan hidup/kenapa kita harus menghentikan
cinta. Kata indah dari Raj Arya saat menggambarkan rasa cinta
terhadap kekasihnya yang tak lagi di dunia. Ya, film roman India “Mohabbatain”
tersebut menggambarkan bagaimana cinta itu hidup dan harus diperjuangkan,
sekalipun sudah tiada.
Cinta adalah kata
yang sulit didefinisikan. Setiap generasi, kaum, negara bahkan agama mempunyai
cara masing-masing dalam mendefinisikannya. Kita tak pernah tau makna cinta
yang baku. Makna cinta yang semua orang mempercayai kebenarannya. Semuanya
masih misteri, penuh teka-teki. Bahkan yang merasakan cinta itupun terkadang
tak mengerti, kenapa cinta itu harus dia alami. Sungguh, cinta menjadi sebuah
kata yang penuh dengan makna. Meski terkadang makna itu tak pernah didapatinya.
Bumi Eropa
memiliki sebuah roman yang selalu menjadi cerita generasi muda. Sepasang
kekasih Romeo dan Juliet telah memberikan arti bahwa cinta itu bagaikan api,
membara dan mampu membakar semua yang disandingnya. Pengorbanan keduanya
memberi keputusan untuk memilih dan rela mati bersama. Karena pengorbanan
cintanya, karena cinta buta mereka berdua. Romeo dan Juliet dijadikan sebagai
romantisme dan tragedi cinta suci di dunia Barat hingga saat ini.
Dalam
romantisme Timur kita dikenalkan dengan kisah cinta gila Qays dan Layla. Romantisme ala padang pasir dari
keduanya diyakini sebagai penggugah akal dan penggerak spiritual. Di
semenanjung Arabia, Qays dan Layla mampu menyatukan hati dalam bingkai cinta
suci nan abadi. Konflik, persoalan orang tua dan suku tak menyurutkan Qays
tetap merawat dan menjaga kesucian cintanya kepada Layla. Bersama butir-butir
debu padang pasir, deru angin yang menggoyang tenda kabilah, panasnya terik
matahari menyengat kulit, gemuruh oase dan rombongan suara unta membuat
kekuatan cintanya semakin meraja rela.
Ridunya semakin tak terbendung,
seperti api yang telah membara. Demi cinta sucinya, tanpa restu orang
tua Layla, Qays memilih gila. Semua itu Qays lakukan hanya untuk menjaga
cintanya pada Layla agar tak ternoda. Sungguh luar biasa kisah cinta keduanya.
Hingga gila menjadi satu-satunya cara mempertahankan cinta sucinya.
Karena cinta,
seseorang telah memiliki prasangka dan curiga yang membabi buta. Itulah
kira-kira kisah cinta yang terjadi pada negeri Ramayana. Dewi Shinta, puteri
cantik nan jelita terpaksa menikah dengan Rahwana yang menculiknya. Mendapati
kabar itu, Rama meminta bukti bahwa Shinta benar-benar dara dan belum pernah
dipersunting oleh Rahwana. Demi mendapat bukti kesucian Shinta, Rama memintanya
untuk membakar diri. Kesucian dan kebenaran cinta yang menjawabnya. Shinta
selamat dari lahapan api yang membara. Kesuciaan cinta Shinta mampu memadamkan
kobaran api yang begitu dahsyatnya. Ya, cinta seakan seperti embun pagi, sejuk
dan meneduhkan.
Cinta memang
buta, cinta mampu merubah semuanya. Karena cinta, seorang Raja rela menjadi
hamba sahaya. Karena cinta, tahta, harta hingga keluarga rela
dikorbankannya. Kedua panglima perang
Romawi, Julio Caesar dan Mark Anthony telah melakukannya. Keduanya mengorbankan
semuanya lantaran rasa cinta yang begitu luar biasa kepada ratu Mesir,
Cleopatra. Karena kecantikan dan kecerdasannya, bunga mawar dari sungai Nil ini
mampu melenakan kedua panglima perang yang sebenarnya diutus untuk menguasi
negeri subur, Mesir.
Demi melindungi
bangsa dan menyelamatkan bangsanya, Cleopatra
mendekati Julio Caesar. Siapa yang tak terpikat melihat ratu cantik ini,
ratu yang kecantikannya bak rembulan. Julio Caesarpun cinta mati dibuatnya.
Hanya karena cinta dan Cleopatra, Caesar menjadi buta. Merampas dan menaklukkan
Mesir, tugas itu sirna karena cinta buta yang melandanya. Hal yang sama terjadi
pada panglima perang setelahnya, Mark Anthony. Semua itu terjadi karena ratu cantik padang
pasir, Cleopatra.
Akal takkan
mampu menjelaskan cinta. Tintapun juga takkan mampu menggambarkannya. Cinta
adalah air. Tanpa air takkan ada kehidupan. Begitupun juga, tidak ada kehidupan
tanpa cinta. Keduanya sama, begitulah Rumi menggambarkan cinta itu sebagai
keindahan wajah Tuhan. Sungguh ketinggian cinta yang digambarkan Rumi telah mengalahkan
semuanya. Cinta adalah kekuatan yang tak terbatas. Cinta adalah Ilahiah. Jika
kebangkitan merupakan batas kematian. Maka, bagi Rumi cinta lebih besar
daripada sejuta kebangkitan. Karena cinta takkan penah mati, cinta akan selalu
abadi. Di sinilah, Rumi mewakili cinta dari kalangan Sufi.
Sekali lagi,
cinta itu memang gila. Cinta itu pun buta. Hanya karena mimpinya, Zhulaika menikahi Menteri ekonomi Mesir,
seorang duda yang sudah tua umurnya. Perjalanan keluarganya tak sempurna
lantaran hubungannya tak dianugrahi seorang putra. Akhirnya, keputusan untuk mengangkat
anak menjadi pilihan utamanya. Lagi-lagi cinta itu gila, cinta itu buta. Rasa
cinta Zhulaika terhadap putra angkatnya tak bisa disangka. Setelah suaminya
berpulang ke alam baka, Zhulaika memaksa Yusuf untuk melayani cintanya. Inilah
kisah seorang Ibu yang menikahi anak angkatnya. Kegilaan cintanya pada Yusuf
itu tidak hanya menimpa Zhulaika. Saat mengadakan pesta di Istana, semua
ibu-ibu yang ada terpana oleh ketampanan Yusuf, putra angkat Zhulaika yang
akhirnya dinikahinya. Menyaksikan seorang lelaki tampan nan rupawan. Tanpa
sadar ibu-ibu di Istana menyayat jarinya sendiri dengan pisau yang digenggamnya.
Sungguh gila, cinta memang mampu merubah semuanya. Merubah yang pahit menjadi
manis. Yang buruk menjadi indah. Raja menjadi hamba sahaya. Semua bisa terjadi
karena cinta.
Ω
Di Indonesia,
cinta mampu diutarakan dengan sekian bahasa. Jika di Arab kita mendengar, Ya,
habibi, ana syauqi syadiidan. I love you dalam bahasa Inggris atau dalam
bahasa China, Wo aini. Indonesia dengan kekayaan bahasa mampu menyajikan
cinta yang beragam, Aku cinta kamu. Orang Jawa akan bilang, Aku
tresno karo sliramu. Gua demen ama lo, begitu orang Betawi menyatakan cinta
pada kekasihnya. Orang pulau garam dalam mengungkapkan rasa cintanya akan
berkata, Abdinah tresnah de’ dika. Begitu dan seterusnya. Cinta menjadi
tema yang tak pernah abis untuk dijadikan cerita. Karena cinta itu indah adanya.
Kisah cinta
yang digambarkan orang Indonesia juga tak kalah menariknya. Semisal, bagaiamana
Pramoediya menggambarkan sosok Annelis, gadis dara Hindia-Belanda yang membuat
Minke tergila-gila. Annelis begitu sempurna, seperti ditulis Pramoediya. Bahkan
penyebutan tentang Annelis terkadang tak mampu dijangkau oleh akal manusia.
Beruntunglah kau masih bisa merasakan cinta. Jikapun nanti kau sakit hati
karena cinta, jangan sedih. Karena sakit hati itu, berarti kau masih punya
hati.
Aku
mencintaimu, itu sebabnya aku tak pernah selesai mendoakanmu. Begitu cerpenis kita, Sapardi Joko Damono menuliskan dalam
karyanya. Masih banyak lagi, bagaimana cinta itu dijelaskan. Gus Mus, WS
Rendra, D Zawawi Imron dan tokoh lainnya. Mereka telah menggambarkan cinta
sesuai dengan caranya. Dari situlah, cinta itu memang misterius, sulit
diprediksi. Semua orang akan memiliki definisi sendiri.
Semua orang
dengan sendirinya akan mengungkapkan kata layaknya pujangga. Semua itu terjadi
saat cinta telah melandanya. Kata-kata itu muncul dengan tiba-tiba. Kata itu
datang tanpa ada tanda-tanda.
Tak heran jika
cinta itu seperti api, cinta terkadang membara dan menggelora. Cinta itu
seperti embun pagi, cinta itu sejuk dan meneduhkan. Cinta itu seperti air,
tanpa cinta takkan ada kehidupan. Cinta itu seperti arah mata angin, cinta mampu
memberi jalan. Ya, cinta bisa seperti apa saja. Karena cinta bisa bahagia,
karena cinta bisa tersiksa, karena cinta bisa menderita, karena cinta bisa gila,
karena cinta bisa buta, karena cinta mendapatkan semuanya, karena cinta
kehilangan semuanya. Semuanya bisa karena ada cinta.
Cinta butuh
pengorbanan, meskipun tak sedikit orang yang sakit karena menjadi korban cinta.
Cinta butuh kesetiaan, meskipun tak sedikit orang yang kesetiaannya dikhianati.
Cinta butuh kepercayaan, meskipun tak sedikit orang yang kepercayaannya
ditelanjangi. Cinta adalah segalanya, meskipun tak sedikit karena cinta orang
kehilangan segalanya. Memang sulit mendefinisikan cinta. Definisi itu akan
lahir sesuai kisah yang dialami. Cinta adalah hak, karenanya semua orang berhak
mencintai dan dicintai. Semua orang berhak memaknai cintanya sendiri. Pencinta
punya hakikatnya sendiri.
Begitupun
diriku, saat kautanyakan tentang cinta yang kupersembahkan untukmu. Aku kaku,
bagaimana aku menjawab pertanyaanmu. Aku masih belum mampu membahasakan cintaku
padamu. Cintaku tidak seperti cinta yang sudah menjadi kisah abadi
romantisme. Karena cinta itu masih
terbahasakan, sedangkan cintaku tidak. Cintaku adalah cintaku. Aku tak pernah
mencantumkan syarat dalam mencintaimu. Untuk itu, tak ada alasan aku berhenti mencintaimu.
Meski kau sudah tiada atau kau bersama cinta yang lain. Cintaku tetap seperti
sediakala. Tidak ada yang bisa menghalangiku untuk selalu mencintaimu.
Cinta adalah
kehidupan, tak semuanya mudah dan berakhir dengan kebahagian. Pun, tak semuanya
susah dan berakhir dengan kesengsaraan. Cintaku padamu tidak bisa diartikan,
meskipun aku selalu merasakan. Cintaku padamu telah mampu memberi energi
kehidupan.
Cintaku memang
gila, cintaku memang buta. Tapi cintaku bukan rekayasa. Meskipun aku tak bisa
mejelaskan apa itu cinta. Cintaku benar-benar ada untukmu semata, tidak ada
yang lainnya. Itu saja.
Senin, 15 Juni
2015
Yang
mempertemukan kita: Yogyakarta
Dariku
untukmu.
0 komentar:
Post a Comment