[photo credit: here] |
Oleh: Nilamic Tanjung
Tertegun
oleh air mata
Menetes
hanya karena harapan tamasya ke alam malakut
Senyum
mengembang oleh Amal, laksana panen telah tiba
Padahal
ketika tergelincir dia hilang harapan
Wirid
terlantun dari hati yang tertawan
Warid datang
sebagai imbalan tanpa kemurnian
Keinginan
jadi wali menjadi racun dalam pembuluh darah
Karamah
menjadi dewa tujuan
Demi sebuah
puji, sebagai manusia di pelataran Makrifat
Baju kusut
menggambar kesufian
Tertunduk
dalam pengakuan manusia paling Tawadu
Lebih
bingung lagi, dia marah kalau tidak diagungkan
Meminjam
cerita Makrifat Dzauqiyah
Menambah
daftar kedunguan, dan kegilaan
Membungkus
nafsu dengan jubah dan surban
Seakan sufi,
dia berhujjah dalam kebingungan.[]
mantapppp
ReplyDeletemantapppp
ReplyDelete