Sunday, October 18, 2015

Menulis Itu Mencerdaskan

12:13 PM

[sumber]

Oleh: Muhammad Zaini

Menulis adalah salah satu cara seseorang untuk mengekspresikan apa yang orang itu pikirkan dan apa hatinya rasakan. Dan terkadang menulis juga menjadi cara seseorang untuk mengungkapkan jati dirinya. Dengan menulis, seseorang tidak hanya memperloleh sebuah karya, akan tetapi juga menciptakan kepuasan hati, yang berdampak pada kesehatan secara emosional. Banyak orang beranggapan, bahwa menulis hanya satu kegiatan yang biasa-biasa saja. Padahal, menulis ternyata menyehatkan dan mencerdaskan seseorang.

Mungkin di antara kita ada yang bertanya, mengapa menulis ternyata menyehatkan dan mencerdaskan? Jawabannya sangat simple, bahwa menulis membuat otak tetap aktif untuk mereview apa saja yang terjadi di lingkungan, sehingga melatih memori agar selalu bekerja dan merekam dengan baik apapun yang terjadi. Dengan menulis, syaraf-syaraf otak akan selalu melakukan fungsinya, agar senantiasa aktif.

Otak seorang manusia tidak sama dengan mesin. Karena bila mesin semakin sering digunakan, maka akan semakin cepat mengalami penurunan daya gunanya, yang dalam bahasa sehari harian disebutkan ”aus” atau tumpul. Tetapi pada otak manusia justru yang terjadi adalah kebalikannya. Semakin digunakan maka akan semakin tajam dan cerdas.

Tak seorangpun dapat menghindar dari kodratnya sebagai manusia, yaitu suatu waktu akan menjadi tua. Memang semakin tua seseorang, maka otaknya akan mengalami berbagai perubahan struktur maupun kimiawi yang khas, sehingga fungsi maksimalnya menjadi menurun. Tetapi tingkat “keausan” otak justru dapat dihambat bila otak semakin sering digunakan. Dengan terus-menerus menstimulasi otak, kemungkinan terjadinya sumbatan (luka) bahkan kalau dalam bahasa Biologi luruhnya sel-sel otak dapat netralisir yakni dengan cara menulis.

Tjiptadinata Effendi dalam catatannya mengatakan bahwa “Menulis Merangsang Dwi Fungsi Otak. Orang yang membaca, hanya merangsang otak dari satu arah. Sedangkan dengan menulis, maka sekaligus merangsang dwi fungsi otak secara maksimal. Orang tidak mungkin menulis tanpa membaca apa yang ditulisnya. Sehingga dengan demikian, menulis merupakan cara terbaik untuk menjaga otak tetap cerdas. Karena menulis tidak hanya melawan lupa, tapi sekaligus terapi jiwa. Sarana dan prasarana untuk sharing and connecting, mengasah otak serta menjadikan hidup semakin bermanfaat.

Jabaran Undang-undang Dasar 1945 tentang pendidikan yang termaktub dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Kata-kata mencerdaskan di sini tidak hanya cerdas dalam membaca saja, akan tetapi dalam hal menulis pun juga harus cerdas. Karena hasil dari apa yang kita baca, harus juga diimplementasikan kepada khalayak umum, salah satunya dengan tulisan.

Menulis itu bukan hanya untuk diri sendiri, akan tetapi buat masyakat juga. Karena pada dasarnya pendidikan dan masyarakat adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Pendidikan mengabdi untuk masyarakat, sedangkan masyarakat maju dan berkembang melalui pendidikan. Nah, berkembangnya suatu masyarakat melalui pendidikan tidak hanya pendidikan berbasis ceramah saja, akan tetapi mereka juga harus mempunyai acuan kependidikan yang tersaji dalam sebuah tulisan. Oleh sebab itu kontribusi pendidikan lewat tulisan itu sangat berpengaruh terhadap berkembangnya suatu masyarakat.

Bahkan tokoh besar pun seperti Soe Hok Gie, RA Kartini, Tan Malaka, dan tokoh-tokoh lainnya, mereka semua menjadi besar dan dikenal karena sebuah tulisan. Dan ini selaras dengan kata-kata bijak yang sering kita dengar bahkan kita baca “Dengan membaca kita akan mengenal dunia dan dengan menulis kita akan dikenal dunia”. Pengertian dikenal di sini tentu beda dengan terkenal. Terkenal bukanlah menjadi tujuan dalam menulis. Dikenal di sini lebih kepada bagaimana bisa berbuat dan meninggalkan sesuatu yang baik sehingga menjadi inspirasi baik untuk diri sendiri maupun orang lain untuk berbuat baik pula. Wallahu a’lam.[]

Diterbitkan oleh

Buletin Amanaha Online. Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I. Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur. Menulis.

0 komentar:

Post a Comment

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top