Wednesday, August 12, 2015

Tugas Bersama Memperjuangkan NU

5:19 PM


[photo credit: here]
Oleh: Muhammad Ilyas

NU (Nahdlatul Ulama) adalah organisasi terbesar di Indonesia, yang terdiri dari berbagai golongan yang tersebar di Nusantara bahkan sampai ke Luar Negeri, seperti di Australia, Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan negara lainya. Anggota NU (Nahdliyin) beraneka ragam mulai dari kelas bawah sampai elit politik. Mulai yang berpendidikan rendah sampai mereka yang mempunyai titel profesor. Mulai dari pedagang biasa sampai konglomerat. Dari mereka yang hanya menjadi guru ngaji kampung sampai kiai besar di Pondok pesantren. Warna-warni kaum Nahdliyin inilah yang membuat organisasi NU terlihat hidup dan bergairah, serta dengan berbagai dinamika yang terdapat di organisasi ini. jadi tidak heran jika beberapa pihak ingin menganulir sendiri organisasi terbesar ini.

Pada tanggal 1 sampai 5 Agustus 2015 diadakan muktamar NU yang ke 33 di Jombang Jawa Timur. Ribuan Nahdliyin dari berbagai penjuru membanjiri kota ini. Kota Jombang berubah menjadi lautan manusia, para Nahdliyin yang ingin menyaksikan langsung pembukaan muktamar saling dorong hanya untuk melihat kemeriahan organisasi terbesar ini. Mereka berharap agar mendapatkan barokah dan doa dari para ulama senusantara ini.  Jalan-jalan ditutup kendaraan umum. 

Tapi sayang kemeriahan itu masih saja dibumbui dengan sesuatu yang tidak sedap. Masih ada saja segelintir orang yang hendak memanfaatkan NU untuk dirinya sendiri. Mereka tidak malu-malu untuk menunjukan ini A dan ini B, yang mereka pentingkan adalah bagaimana kepentingan itu bisa mereka realisasikan. Bagaimana tim sukes (timses) masing masing calon saling memfitnah satu sama lain. Bagaimana masing-masing timses berdiaspora secara berlebih untuk kepentingan mereka. Sungguh memilukan organisasi ini, tapi apakah ini yang memang diharapkan oleh para pendiri NU?

Hal yang paling memilukan adalah bagaimana KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus menitikkan air mata, bahkan bersedia untuk mencium kaki para muktamirin agar tidak bertindak seperti itu. Gus Mus juga meminta agar para muktamirin tidak membawa kepentingan-kepentingan pribadi. Beliau menghimbau agar para muktamirin membawa ahklakul karimah yang sudah dipraktikan oleh para pendiri NU. Kita bisa membayangkan bagaimana ruwetnya kondisi yang ada di ruang muktamar itu sehingga ulama besar seperti Gus Mus mengambil alih forum

Permasalahan yang pertama dalam tubuh NU menurut analisis penulis adalah menggunakan NU untuk kepentingan pribadi. Permasalahan kedua adalah menggunakan NU untuk kepentingan kelompok mereka. Mereka tidak berpikir bagaimana untuk mengabdikan pribadinya terhadap NU dan mengunggulkan kelompok mereka di atas kepentigan NU.

Kepentingan pribadi yang mereka bawa ke tubuh NU akan membuat organisasi yang didirikan oleh para ulama besar ini akan kalang kabut, organisasi ini akan goyah dan akan hilang keseimbangannya. Kepentingan pribadi ini harus dibuang dari benak kaum nahdliyin, apa lagi hanya sekadar kepentingan perut dan kekuasaan. Kepentingan pribadi harus dijauhkan untuk membawa NU ke arah yang lebih baik, ke arah yang memang benar-benar sesuai dengan apa yang sudah diperjuangkan oleh para pendiri organisasi ini.

Selain kepentingan pribadi yang dibawa ke tubuh NU, beberapa kaum nahdliyin juga membawa kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Egosentrisme kelompok yang mereka bawa juga akan membuat organisasi ini kalang kabut, tidak stabil dan akan bercerai-berai. Apalagi kepentingan ini atas nama partai politik. Hal ini sangat memilukan sekali. Jika dulu menggunakan partai politik untuk memperjuangkan NU dan umat tetapi sekarang menggunakan NU dan umat untuk kepentingan partai politik.

Kepentingan perut dan kepentingan kekuasaan hanya akan membawa organisasi ini ke dalam kekacauan. Jika kita merefleksikan bagaimana para kiai-kiai pada masa lalu mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama ini. Bagaimana mereka menyisakan waktu untuk kepentingan umat, dan bagaimana beliau menyisihkan harta benda mereka untuk umat. Tetapi apa balasan yang diberikan oleh generasi sekarang? Apakah hanya membuat malu di berbagai media yang beredar, apakah hanya menjadi bahan pergunjingan organisasi lain. Dan bagaimana para pendiri NU ini melihat kekarut-marutan organisasi yang beliau perjuangkan. Naudzubillah semoga kita masih dibarokahi oleh beliau, semoga masih diberikan petunjuk. Sangat berdosalah kita. Ya Allah selamatkan kami. 

Strategi penyelamatan NU adalah benar-benar meng-Khittah-kannya. Mengembalikan tujuan yang sudah dicita-citakan oleh para pendiri NU. Kita jangan lagi memanfaatkan NU hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok, tetapi bagaimana caranya agar bisa menghidupkan NU ini agar bisa berjaya sampai akhir zaman, seperti yang telah dicita-citakan oleh para pendirinya.  

Kita masih mempunyai tugas untuk memperjuangkan NU ini agar bisa berkiprah dalam tantangan yang semakin kompleks. Tugas yang begitu berat bagi yang benar-benar Nahdliyin untuk menyelamatkan organisasi ini. Semoga orang-orang yang benar-benar mengabdikan diri pada organisasi ini dapat barokah dari para pendidri NU, serta menadapatkan syafaat dari Rasulullah, dan siapa yang hanya nunut urip serta menggunakan NU untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya diberi kesadaran kejalan yang benar. Amin.[]

Diterbitkan oleh

Buletin Amanaha Online. Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I. Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur. Menulis.

0 komentar:

Post a Comment

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top