Saturday, December 26, 2015

Membangun Idealisme

8:04 AM

Oleh: Muhammad Zeini

Jhon, bukan nama sebenarnya, sudah lama bercita-cita untuk menjadi seorang sastrawan. Namun, menurut orang tuanya, pekerjaan sebagai sastrawan tidak akan mampu memberikan uang yang cukup untuk hidup dan bahkan akan sulit mendapat pekerjaan. Maka, mereka menghalangi cita-cita anaknya tercinta tersebut. Jhon pun akhirnya menekuni pendidikan di bidang lain, dan mengalami banyak kesulitan karenanya.

Cerita yang seperti begitu banyak terjadi di masyarakat kita di Indonesia. Orang harus menyerahkan mimpinya, atau ide tentang masa depannya, karena tekanan lingkungan. Dengan proses ini, dua hal kiranya dirugikan. Indonesia kehilangan calon sastrawan berbakat di masa depan di satu sisi, dan Jhon, dan ratusan ribu pemuda lainnya, harus hidup tidak bahagia, karena mengingkari panggilan hidupnya. Dalam tulisan ini penulis mencoba memaparkan dalam tiga analisis yang mungkin bisa kita jadikan refleksi bersama, yaitu:
Idealisme dan Visi
Setiap orang pasti punya ide tentang hidup macam apa yang akan dijalaninya. Dalam arti ini, setiap orang adalah idealis. Artinya amat sederhana, orang perlu untuk hidup sejalan dengan ide yang telah dipilih dan dipikirkannya. Ia bukanlah pemimpi yang tak punya tujuan, melainkan sebaliknya, orang yang memiliki visi tentang hidupnya dan hidup orang sekitarnya di masa depan. Visi radikal tentang hidup semacam inilah yang sekarang ini amat kurang di Indonesia. Orang hidup sekedarnya. Orang bekerja seadanya, tanpa ambisi untuk mencapai sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan untuk lingkungan sekitarnya. Lalu, orang mati, tanpa meninggalkan jejak dirinya yang nyata dan bermakna untuk lingkungan sekitarnya.

Ketika orang memiliki idealisme yang kuat, ia juga akan memiliki visi yang kokoh. Visi yang kokoh ini akan menuntunnya di dalam setiap perjalanan hidup. Visi yang kokoh ini juga akan membuatnya mampu bertahan di tengah berbagai tantangan hidup yang kerap kali mencekik begitu kuat. Dengan visi ini, orang bisa melampaui dorongan-dorongan negatif dari dalam dirinya, dan berusaha mewujudkan diri terbaiknya.

Korupsi dan Krisis Idealisme
Sebaliknya, tanpa visi yang jelas, tanpa idealisme, orang tidak punya fokus dalam hidupnya. Hari ini, ia banker. Besok, ia guru. Lusanya, ia menjadi sastrawan. Akhirnya, ia tidak menjadi apa-apa dalam hidupnya. Ketika ia sadar akan hal ini, kubur sudah menanti di depan mata. Tanpa visi yang jelas, orang akan mudah tergoda oleh korupsi. Tanpa idealisme, orang akan mudah menyuap dan disuap, sambil merugikan banyak orang lainnya. Penegak hukum tanpa idealisme akan berubah menjadi preman yang berseragam. Guru tanpa idealisme hanya akan berubah menjadi tukang tes tanpa visi yang menyiksa batin anak didiknya.

Pejabat publik tanpa idealisme akan berubah menjadi koruptor yang memakan uang rakyat. Orang tua tanpa idealisme akan berubah menjadi semata penyedia makan, pakaian, dan rumah, tanpa pendidikan nilai yang membuat anaknya menjadi manusia yang utuh. Pekerja tanpa idealisme hanya akan menjelma menjadi mesin-mesin tanpa ide dan kreativitas. Tanpa visi dan idealisme, manusia tidak akan menjadi manusia, melainkan seonggok daging yang bernapas dan berjalan di atas permukaan bumi.

Membangun Idealisme
Pendidikan jelas merupakan alat paling jitu untuk membangun dan mengembangkan idealisme suatu bangsa. Walaupun memiliki peran amat penting, sekolah formal tidak bisa dijadikan satu-satunya penggerak pendidikan. Pendidikan yang tertinggi dan terutama adalah teladan hidup langsung dari orang-orang yang sudah ada sebelumnya. Bourdieu, seorang filsuf Prancis, berulang kali menegaskan, bahwa tindakan jauh lebih kuat dari kata-kata, dan itu paling jelas di dalam pendidikan moral.

Sulit membuat pendidikan anti korupsi, ketika hampir semua golongan tua di Indonesia melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme setiap harinya, seringkali tanpa disadari. Sulit mengajak bangsa ini untuk memiliki nilai moral tinggi, ketika nyaris semua golongan tua hidup untuk menipu dan meraup kekayaan, seringkali dengan cara-cara yang biadab. Sulit mengajak bangsa ini untuk jujur, ketika guru mengajarkan siswanya untuk menyontek saat ujian nasional. Jelaslah, teladan hidup dari orang-orang yang sudah hidup sebelumnya memainkan peranan amat penting dalam pemberadaban bangsa.

Sebagai bagian dari idealisme, visi tak akan pernah utuh menjadi kenyataan. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendekati visi tersebut, walaupun tak pernah bisa identik sepenuhnya. Itulah sebabnya, di dalam kata idealisme terdapat kata ide, karena itu adalah harapan dan visi, yang perlu terus dikejar sepanjang hidup, walaupun tak bisa direngkuh sepenuhnya.[]

Diterbitkan oleh

Buletin Amanaha Online. Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I. Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur. Menulis.

0 komentar:

Post a Comment

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top