Oleh: Irham Thariq
Waktu memang dimensi tanpa tepi, begitu pun dengan 2013,
sama dengan tahun-tahun sebelumnya; Selalu pergi menyisakan kekalutan dan 2014
datang membawa harapan.
Di tahun 2013, dari layar televisi dan koran, berita
kekalutan tak henti-hentinya muncul. Mulai dari para perempuan cantik yang
tercatut korupsi, para "ustaz" yang mencuci uangnya melalui
gadis-gadis seksi, sampai hakim tak terhormat yang menerima suap.
Atas semua berita itu, hati kita pun gaduh. Bagaimana bisa,
politisi cantik yang pernah tampil di layar kaca membawakan iklan anti korupsi
malah terjerat korupsi. Kita bertanya-tanya juga, kok bisa, para "ustaz"
yang seharusnya mengajarkan tentang kesalehan, malah menggunakan uang haramnya
untuk pesta perempuan. Saya pun bingung, hakim yang selayaknya jadi
representasi kebenaran dan keadilan, justru memonopoli kebenaran demi rupiah.
Namun, dari balik kekalutan yang membuat kening kita berkerut
itu, sejatinya ada harapan yang muncul dan diwariskan 2013 pada kita. Pada
cerita si perempuan cantik yang korupsi misal, terselip nama hakim Mahkamah
Agung Artidjo Alkotsar, yang perjuangannya melawan korupsi luar biasa hebatnya.
Tengok saja, si perempuan cantik yang semula hanya divonis 4
tahun 6 bulan penjara. Saat melakukan banding, alih-alih hukumannya turun,
Artidjo malah menambahkan hukumannya menjadi 12 tahun penjara, Artidjo
memperberat hukumannya agar dia jera dan tak korupsi lagi. Si perempuan pun
menangis tersedu-sedu dan pingsan sesaat setelah diperiksa KPK.
Atas tindakan Artidjo itu, kita jadi sadar bahwa tak semua
hakim seperti hakim konstitusi yang tertangkap tangan menerima suap itu. Selain
itu, saat si hakim konstitusi tertangkap, kita justru punya harapan kalau kita
punya penegak hukum yang kuat seperti KPK, yang dengan lihainya menangkap orang
sekelas ketua hakim konstitusi.
Ya itulah 2013, selalu gaduh tapi masih saja memberi
harapan. Setelah 2013 berlalu ditandai tiupan terompet, 2014 pun datang.
Lagi-lagi, 2014 yang katanya tahun politik, masih saja menyisakan harapan
meskipun nantinya kita akan tetap gaduh dan kalut.
Oleh karenanya, jika ada yang merasa bosan berharap, di 2014
minimal para caleg dan capres selalu mengajak kita untuk selalu berharap. Dari
mana harapan itu….? Minimal berharap pada janji mereka. Jika kita masih pesimis
pada para politikus, mari berharap agar mereka tak pernah memberi harapan pada
kita, harapan yang ujung-ujungnya hanya berupa janji tak bertuan.[]
0 komentar:
Post a Comment