oleh: Muhammad Ilyas*
Pagi itu adalah pagi yang dingin, dingin sekali, dinginnya
sampai menusuk tulang, masuk kedalam sumsum, serta menyerap energi panas yang
ada di dalam tubuh. Telinga pun juga tidak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya, hanya terdengar dengungan, raungan yang tidak begitu
jelas, dan sesekali terdengar jeritan-jeritan yang tak tahu dari mana asalnya. Persendianku juga tidak bisa digerakkan
seakan terbelenggu oleh rantai baja, yang bisa kulakukan hanyalah menyilangkan tangan di
atas dada, merunduk dengan kain sarung kumal yang diberikan tetangga, serta mengadu
kedua gigiku dengan erat. Hanya itu yang menurutku ampuh untuk mengusir dingin
dari badan ini.
Kejadian pada hari itu tidak wajar, tidak seperti biasanya
dan tampak aneh. Dingin pada hari biasanya tidak seperti ini, tidak begitu
berpengaruh pada hewan. Dingin yang terjadi berdampak terhadap kokok ayam. mereka
yang setiap munculnya fajar berkokok dengan keras dan membelah kesunyian pagi
sekarang tidak lagi, seakan bungkam seribu bahasa, tidak mau berkokok, tidur, lelah
membangunkan orang pada waktu pagi. Ya
... karena udara yang sangat dingin.