Oleh: Ahmad Biyadi*
Keyakinan
sangatlah besar peranannya dalam mengatur perilaku seseorang. Bila dia meyakini
A adalah baik, maka banyak perilakunya akan dia arahkan untuk A itu. Bila dia
meyakini B adalah kejahatan, maka dia akan berupaya untuk mengubah B dengan
segenap usahanya. Dan begitu seterusnya.
Di dunia
barat, banyak sekali orang berkeyakinan ‘aneh’ tentang Tuhan. Sehingga sering
kali Tuhan digambarkan sebagai sosok yang kuat, perkasa, punya kekuatan luar
biasa, berkelamin pria, dan jadilah seorang Zeus yang kadang nongol di
film-film Hollywood sebagai gambaran Tuhan. Mereka juga meyakini bahwa
Tuhan (Sang Penjaga semesta) tidaklah satu, tapi merupakan suatu kelompok
lengkap dengan pembagian tugas dan kekuatan istimewanya sendiri. Selain itu
mereka juga meyakini bahwa Tuhan tidak terlalu banyak ‘ikut campur’ dalam
kehidupan manusia. Para Dewa hanya bertugas sebagai pencipta dan penjaga, bukan
pengatur, apalagi pemberi hukuman di akhirat. Maha Suci Allah dari apa yang
mereka katakan.
Kaum Yahudi
berkeyakinan bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan dan para kekasih-Nya. Sehingga
mereka berkeyakinan pula bahwa bangsa lain adalah hina. Dan akibatnya, ketika
Nabi terakhir yang dijanjikan datang—dan ternyata bukan dari bangsa yahudi—mereka
mengingkarinya. Begitu pula banyak kejahatan lain yang telah mereka lakukan
karena bagian dari kesombongan mereka ini.[1]